Alasan pertamanya adalah karena perak digunakan dalam panel-panel surya di China, yang sukses di negara tersebut. Beijing mentargetkan untuk menaikkan kapasitas suryanya hingga tiga kali lipat pada 2020. Pada Juli, China menampilkan kebun surya yang baru dibangun berbentuk seperti panda di kota Datong, provinsi Shanxi. Kebun tersebut diprediksi akan menghasilkan daya listrik yang sama seperti membakar satu juga ton batu bawah selama 25 tahun ke depan.
Alasan selanjutnya mengklaim bahwa gelembung saham AS akan segera meledak. Saham-saham AS menyentuh rekor tertinggi baru setiap harinya, sehingga menyebabkan kekhawatiran yang meningkat. Case-Shiller P/E Ratio naik di atas 30 (rata-rata 100 tahun di sekitar level 16). Hal ini mengingatkan pada puncak gelembung dot-com dan menyebabkan crash pasar saham 1929. Saat saham turun, permintaan untuk emas dan perak meningkat.
Alasan lainnya adalah bank-bank Eropa masih menghadapi tantangan. Pada Juni, muncul laporan bahwa krisis perbankan Italia kembali pecah. Menurut Mediobanco, 114 dari 500 bank memiliki "Texas Ratios" lebih dari 100%, 24 bank dilaporkan memiliki rasio lebih dari 200%, termasuk Monte dei Paschi di Siena dengan TR 269% dan Veneto Banca dengan TR sebesar 239%. Permasalahan ini menyebar ke seluruh wilayah UE. Dalam situasi ini, perak menjadi aset aman untuk jangka panjang.
Satu lagi alasan yang perlu diperhatikan untuk logam mulia ini adalah meningkatnya konflik militer di semenanjung Korea. Sementara itu, gejolak politik di Timur Tengah memusatkan angkatan-angkatan bersenjata. Namun, perang tidak perlu muncul agar harga perak naik, cukup dengan ancaman dan tuduhan dari para pemimpin negara.
Alasan lainnya untuk membeli logam mulia ini adalah perak dan emas kembali menjadi uang yang sebenarnya. Tujuh negara bagian AS memutuskan bahwa pembayaran dapat dilakukan dengan emas dan perak. Arizona mengakui emas dan perak sebagai alat pembayaran yang sah, pada 9 Agustus. Empat negara bagian lainnya dalam proses menerima emas sebagai mata uang.