Barbara McClintock (penemuan dalam bidang sitogenetika)
Barbara McClintock memulai karirnya pada 1927 di Cornell University, dimana ia mempelajari ilmu hewan, sitologi dan genetika, dan setelahnya ia menerima gelar Ph.D. Dalam penelitiannya, Barbara McClintock menemukan bahwa gen-gen tertentu tampaknya «melompat» ke dalam kromosom. Dengan itu, sel dapat mengubah properti. Pada 1951, Barbara McClintock menyampaikan perkembangannya pada sebuah simposium, tapi tidak menemukan dukungan: penemuannya bertentangan dengan teori genetika yang beredar saat itu. Namun, ia melanjutkan penelitiannya. Ia terus berusaha membuktikan bahwa penyakit-penyakit serius seperti kanker, distrofi otot, dan resistensi antibiotik disebabkan oleh mutasi genetik yang berbahaya. Alasannya terletak pada transposons, atau «gen yang melompat». Pada tahun 1970an, transposons abad ke-20 telah ditemukan di banyak organisme, mulai dari virus dan bakteria pada manusia. Pada 1983, penelitian Barbara McClintock diakui dan ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Ilmu Kedokteran.
Rita Levi-Montalcini (penelitian dalam bidang ilmu saraf)
Rita Levi-Montalcini memulai penelitiannya dalam bidang neurologi pada akhir 1930an. Kemudian ia mengambil spesialisasi dalam studi pertumbuhan sel-sel saraf. Awalnya, Rita Levi-Montalcini bekerja dalam sebuah laboratorium di kota Turin, Italia. Namun, pada 1947, Victor Hamburger, direktur Departemen Ilmu Hewan di Washington University di St. Louis, mengundangnya untuk bergabung dengan timnya. Selanjutnya, mereka menjalankan banyak eksperimen bersama sehubungan dengan fungsi sistem saraf. Rita Levi-Montalcini bekerja di University of Washington selama 26 tahun. Pada 1950an, biokimiawan Stanley Cohen bergabung dengan timnya. Sepanjang eksperimen, mereka berhasli memperoleh ekstrak sel bebas yang merangsang pertumbuhan sel-sel saraf. Penemuan ini membantu memahami penyebab kelainan bawaan, demensia dan penyakit tumor. Penelitian dan penemuan dari Stanley Cohen dan Rita Levi-Montalcini dianugerahi Hadiah Nobel pada 1986.
Flossie Wong-Staal (penelitian HIV)
Flossie Wong-Staal berada di garda terdepan pencegahan, diagnosis, dan perawatan HIV yang terjangkau dan efektif. Pada tahun 1972, ilmuwan perempuan ini menerima gelar doktorat dalam biologi molekular, dan setahun setelahnya ia mulai bekerja di National Cancer Institute di Maryland (AS). Untuk waktu yang lama, ia terlibat dalam studi retrovirus - kelas virus yang jarang dipelajari yang gen-gennya melekat dalam DNA inangnya. Ia bergabung dengan ilmuwan Robert Gallo, yang menemukan retrovirus manusia pertama, HTLV-1. Tim Flossie Wong-Staal mengerahkan semua upaya mereka untuk mempelajari ragam genetik HIV, virus yang dapat menghindari sistem imun. Pada tahun 1985, para ilmuwan berhasil mengkloning HIV dan memahami komponen-komponen utamanya. Penelitian Flossie Wong-Staal dalam bidang virus imunodefisiensi membantu mengembangkan tes-tes untuk diagnosisnya dan terapi efektif lanjutan.
Gerty Cori (peneliti dalam bidang glikogen)
Gerty Cori adalah salah satu dari beberapa prempuan yang berhasil memasuki fakultas kedokteran German University di Praha pada tahun 1920. Di sana ia bertemu suami masa depannya, Carl, dengan Carl ia memulai penelitian dalam bidang ilmu kedokteran. Setelahnya, pasangan ini pindah ke Amerika Serikat, dimana Carl bekerja sebagai biokimiawan di State Institute for the Study of Malignant Diseases, dan Gerty Cori bekerja sebagai asisten ahli patologi. Pada tahun 1931, Carl menjadi ketua farmakologi di University of Washington School of Medicine, dan istrinya menjadi asisten peneliti dan farmakologi. Di University of Washington-lah, Gerty Cori membuat terobosan sehubungan dengan metabolisme karbohidrat dalam tubuh. Pada tahun 1936, pasangan ini menemukan elemen baru, yaitu glukosa-1-fosfat, dalam bentuk gula atau glukosa yang disimpan dalam otot (disebut «Cori's ester»). Para ilmuwan juga telah mengidentifikasi phosphorylase, enzim khusus yang memecah glikogen dalam ester Cori. Dalam penelitian, mereka membuktikan bahwa glikogen otot dipecah menjadi asam laktat dan memasuki hati, di sana glikogen diubah menjadi glukosa. Studi ini menunjukkan mekanisme kerja insulin. Pada tahun 1947, Gerty Cori menerima Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Ilmu Kedokteran.
Rosalyn Yalow (pengukuran komponen biologis)
Rosalyn Yalow menjadi perempuan pertama yang lulus dari Hunter College dengan gelar dalam ilmu fisika. Ia kemudian memasuki University of Illinois, program doktoral dalam fisika nuklir. Pada tahun 1947, ilmuwan perempuan itu memimpin unit radioisotope baru di Rumah Sakit Bronx Veterans Administration Hospital (AS). Kemudian, ia terlibat dalam penelitian ilmiah, dimana berkat penelitian itu metode radioimmunoassay ditemukan. Bersama dengan Rosalyn Yalow, ahli terapi Solomon Berson juga ikut serta dalam penelitian itu. Mereka menggunakan radioisotopes untuk mengukur volume dasar dan mendiagnosa gangguan tiroid. Ilmuwan itu juga menemukan bahwa metode-metode yang sama dapat digunakan memantau kerja hormon, khususnya insulin. Penelitian kedua ilmuwan ini mengatasi salah satu permasalahan utama ilmu kedokteran: pengukuran akurat jumlah zat-zat biologis seperti hormon, vitamin dan enzim dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Saat ini, radioimmunoassay digunakan untuk mendiagnosa kanker dan mendeteksi virus hepatitis. Untuk penelitiannya, Rosalyn Yalow dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1977.