logo

FX.co ★ Tiga Risiko Terbesar bagi Pasar Negara Berkembang pada Tahun 2022

Tiga Risiko Terbesar bagi Pasar Negara Berkembang pada Tahun 2022

Tahun depan, mungkin akan terjadi hal yang buruk pada pasar negara berkembang. Pemulihan efektif di negara-negara ini bisa saja dibatasi oleh masalah keuangan, ekonomi, dan biomedis. Beberapa masalah utama adalah pengetatan kebijakan moneter oleh Fed AS, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta kemungkinan kuat munculnya varian virus baru.

Tiga Risiko Terbesar bagi Pasar Negara Berkembang pada Tahun 2022

Kebijakan moneter Fed yang diperketat

Mendekati akhir tahun 2021, Fed AS mengakui bahwa inflasi AS telah lepas kendali dan memutuskan untuk mengubah kebijakan moneternya. Pada tahun 2022, regulator berencana untuk menaikkan suku bunga utama tiga kali dan mundur dari semua program stimulus. Para analis menduga bahwa tindakan tersebut mungkin membawa dampak negatif pada pasar negara berkembang. Para ahli di The Economist berpikir bahwa pengetatan kebijakan moneter AS dapat menyebabkan defisit yang besar pada akun lancar dan penurunan cadangan mata uang negara-negara berkembang. Selain itu, tingkat inflasi yang sangat tinggi juga dapat menghambat pembangunan negara. Saat ini, sebagian besar wilayah, termasuk Argentina, telah menghadapi masalah seperti itu. Tingkat inflasi Argentina telah melampaui 50%, sedangkan krisis ekonomi semakin parah. Sementara itu, di Turki, mata uang nasional telah menurun 45% terhadap Dolar AS, sehingga menyebabkan turunnya gaji dan pensiunan. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi sangat rendah.

Tiga Risiko Terbesar bagi Pasar Negara Berkembang pada Tahun 2022

Perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi Tiongkok

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dapat menimbulkan risiko signifikan bagi pasar negara berkembang. Faktanya adalah, bahwa setiap penurunan ekonomi di Tiongkok berdampak langsung pada perekonomian global. Eksportir dari seluruh dunia mengalami masalah dengan penjualan dan pasokan barang. Tiongkok adalah konsumen aluminium, batu bara, kapas, dan kedelai terbesar di dunia, serta merupakan importir utama beberapa barang. Sebagian besar eksportir terbesar Tiongkok, seperti Vietnam, adalah yang terpenting dalam rantai pasokan produksi. Negara-negara tersebut akan lebih dulu mengalami kerugian karena pertumbuhan ekonomi yang menurun di Tiongkok. Eksportir komoditas termiskin, yang mendukung ledakan konstruksi di Tiongkok, kemungkinan akan mengalami pukulan terparah. Intensi Fed untuk menaikkan suku bunga utama dan kemerosotan ekonomi di Tiongkok adalah kombinasi faktor yang paling tidak menguntungkan bagi pasar negara berkembang. Pada tahun 2022, perekonomian Tiongkok mungkin menurun lebih dari 5 tahun yang lalu. Jika prediksi itu menjadi kenyataan, PDB Tiongkok akan menurun ke level terendah yang terakhir terjadi pada tahun 1990.

Tiga Risiko Terbesar bagi Pasar Negara Berkembang pada Tahun 2022

Varian baru virus Corona

Negara-negara berkembang lebih menderita akibat varian virus baru daripada ekonomi maju. Mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi ancaman biologis di tengah kemiskinan yang meluas. Saat ini, varian Omicron baru adalah masalah yang membara di negara-negara tersebut. Namun, virus kemungkinan akan bermutasi lagi karena terus berkembang dan beradaptasi dengan orang dan berbagai kondisi. Para ilmuwan dari seluruh dunia sedang melakukan penelitian untuk menentukan tingkat keparahan varian baru ini. Namun, negara-negara berkembang fokus pada kelangsungan hidup ekonomi dan fisik. Tingkat vaksinasi yang rendah adalah masalah utama di negara-negara miskin. Dengan latar belakang ini, penyebaran varian virus baru dapat menjadi masalah nyata bagi negara berkembang. Selain itu, anggaran negara-negara termiskin tidak memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan lebih keras dalam memerangi virus ini. Vaksin yang sudah ada hampir tidak bisa melindungi manusia dari varian Omicron.

Buka daftar artikel Buka akun trading