Apple
Pada bulan Oktober, Apple melaporkan kemungkinan pemangkasan produksi iPhone 13 karena kurangnya chip komputer diseluruh dunia. Menyusul hal tersebut, saham Appole turun hampir 1%. Menurut analis UBS, pemangkasan produksi akan sulit mempengaruhi harga saham. Saham kemungkinan akan naik setidaknya 20 karena minat publik yang tinggi pada iPhone. Dalam 3 tahun kedepan, permintaan untuk produk Apple akan melampaui level awal pandemi, meskipun terdapat peningkatan harga.
Nike
Analis UBS tidak meragukan kemampuan Nike untuk menjadi pemimpin dalam pasar barang olahraga yang bersaing ketat. Harga saham perusahaan telah naik lebih dari 20% sejak awal 2021. Berkat branding kuat Nike dan permintaan konsumen yang besar untuk produk mereka, harga saham dapat menjadi dua kali lipat, mencapai $180 dari level saat ini di $157 dalam jangka panjang. Level minat publik ini bahkan bisa memungkinkan Nike mengurangi pengeluaran periklanan mereka.
Coca-Cola
Tahun 2021 bukanlah tahun terbaik untuk keuntungan Coca-Cola, karena harga saham telah sedikit berubah dibandingkan dengan harga penutupan tahun lalu. Menurut UBS, dalam 12 bulan mendatang dapat melihat mereka naik lebih dari 9% berkat stabilitas bisnis dan kebijakan harga yang tenang dari perusahaan. Hal ini menjelaskanmengapa Warren Buffett telah bertahan pada saham Coca-Colanya selama lebih dari 30 tahun. Portofolionya tercatat sebesar 7,4%.
Salesforce
Salesforce, pengembang sistem CRM eponymous, memiliki peluang besar untuk menjadi saingan nyata Microsoft. Saham perusahaan telah melonjak 30% sejak awal tahun 2021 saja, dan sekarang bernilai $290. UBS memperkirakan saham perusahaan bisa naik 13% menjadi $ 330 selama tahun depan. Kapitalisasi pasar Salesforce juga diperkirakan akan meningkat, mendekati angka $1 triliun. Pandemi telah membawa meningkatnya permintaan untuk komputasi awan. Dengan demikian, adopsi aktif produk dan solusi perusahaan berarti prospeknya cerah.
EOG Resources
EOG Resources adalah perusahaan lain yang sahamnya memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Bahkan, UBS menganggapnya sebagai yang paling menjanjikan. Saham perusahaan migas ini bisa naik 37% di bulan depan, menurut analis UBS, menyusul lonjakan 80% sejak awal 2021. Saat ini, 1 saham dihargai $90, sedangkan target harga $119. Pendapatan yang tinggi secara konsisten hanya akan meningkatkan stok yang meningkat. Pendapatannya dapat meningkat 36% selama tiga tahun ke depan.