Para pemimpin Eropa kembali melakukan upaya memberlakukan pembatasan terhadap Rusia. Pada tanggal 27 November, paket sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia mencapai tahap pembahasan. Langkah-langkah yang dipertimbangkan termasuk menargetkan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang memproduksi pesawat nirawak untuk Moskow.
Selain itu, para deputi dari 27 negara meninjau proposal baru Komisi Eropa sebagai bagian dari paket ke-15 sanksi anti-Rusia. Menurut dokumen tersebut, proposal-proposal ini bertujuan untuk memperketat tindakan terhadap apa yang disebut sebagai armada bayangan Rusia, yang secara aktif digunakan untuk mengangkut minyak dan produk-produk minyak bumi.
Pihak berwenang Rusia dituduh menggunakan kapal-kapal yang tidak dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Barat dan tidak diasuransikan oleh perusahaan-perusahaan terkait. Armada ini dimaksudkan untuk menghindari pembatasan Barat yang menargetkan ekspor komoditas Rusia ke negara-negara ketiga.
Para pakar percaya bahwa penggunaan kapal-kapal semacam itu akan "menimbulkan risiko yang signifikan terhadap pengiriman dan lingkungan." Khususnya, banyak kapal tanker ketinggalan zaman yang membawah hasil minyak, yang memiliki masalah teknis dan beroperasi tanpa sistem identifikasi otomatis.
Dalam situasi ini, sebagian besar negara Baltik, termasuk Swedia, menuntut tindakan yang lebih ketat terhadap pemilik kapal, operator, dan perusahaan asuransi. Inggris, yang mengumumkan pembatasan terhadap 30 "kapal bayangan" Rusia, ikut serta dalam sanksi tersebut dan menambahkannya ke dalam daftar sanksinya. Menurut Komisi Eropa, para pemimpin Eropa berpotensi menjatuhkan sanksi terhadap 50 kapal dan melarang kapal-kapal tersebut memasuki pelabuhan Uni Eropa.
Ronde diskusi selanjutnya terkait sanksi Eropa terhadap Kremlin dijadwalkan pada bulan Februari 2025. Pembatasan yang direncanakan dalam waktu dekat akan dirampungkan pada akhir tahun 2024.
Komentar: