Dolar AS kembali menghadapi alasan lain untuk bergejolak. Pada 7 November, Federal Reserve menyetujui pemangkasan suku bunga acuan untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Kali ini, pemotongan dibatasi pada 25 poin basis, setelah penurunan sebesar 0,5% pada September. Namun, greenback tidak terlalu antusias dengan langkah ini. Nilainya hanya turun sedikit sebelum kembali stabil.
Langkah ini sudah banyak diprediksi sebelumnya. Para pejabat The Fed berulang kali memberikan isyarat mengenai kemungkinan pemangkasan tersebut pada rapat mereka di bulan September dan dalam pidato-pidato berikutnya. Selain itu, para pejabat melakukan penyesuaian terhadap prospek ekonomi, khususnya dalam penilaian mereka terhadap upaya untuk mengurangi inflasi sambil mendukung pasar tenaga kerja. "Komite menilai bahwa risiko dalam mencapai tujuan ketenagakerjaan dan inflasi kurang lebih seimbang," demikian pernyataan dokumen tersebut.
Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan niatnya untuk terus menurunkan suku bunga. Kepala regulator tersebut adalah pendukung kebijakan moneter fleksibel yang memungkinkan penurunan biaya pinjaman secara bertahap atau lebih agresif.
Powell juga mengisyaratkan kemungkinan ntuk mempercepat laju pelonggaran moneter jika kondisi pasar tenaga kerja memburuk. Para pelaku pasar menafsirkan komentarnya dovish, yang terus menekan dolar AS.
Akibatnya, dolar AS sempat melemah, tetapi tetap berada di atas level intraday terendah sebelumnya di 104,20. Kemudian, mata uang Amerika tersebut stabil di sekitar level 104,50, turun kurang dari 0,05%.
Sejumlah pasar lain juga terpengaruh oleh rapat The Fed. Saham ditutup lebih tinggi, dengan kenaikan Nasdaq yang berfokus pada teknologi sebesar 1,5%. Menurut para analis, baik indeks Nasdaq maupun S&P 500 mencapai level tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury turun setelah sempat mengalami lonjakan singkat.
Komentar: