Para pakar ekonomi menyembunyikan suara alarm yang menghadirkan kekhawatiran baru, suaranya memproyeksikan kenaikan tajam terhadap inflasi AS pasca selesainya pemilu presiden.
Menurut sebuah studi terbaru yang dikutip oleh Wall Street Journal, ekonomi AS berpotensi mengalami perubahan tajam setelah 5 November 2024. Estimasi awal menunjukkan bahwa inflasi di negara tersebut berpeluang meningkat, tidak sesuai dengan perjuangan Federal Reserve yang sedang mengendalikan harga hingga saat ini.
Selama dua setengah tahun terakhir, Amerika Serikat sudah memerangi inflasi, dan upaya tersebut sudah memberikan hasil. Kebijakan moneter ketat dari the Fed dan masuknya tenaga kerja sudah berhasil membantu meredakan kenaikan harga.
Walaupun demikian, ketidakpastian masih membayangi, akibat ada banyak hal yang bergantung pada pendekatan kebijakan presiden yang akan datang. Para analis menegaskan bahwa kedua kandidat utama, Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat, sudah menyatakan dukungan masing-masing terhadap inisiatif pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan bahwa inflasi mungkin akan tetap tinggi.
Beberapa pakar ekonomi sangat khawatir terhadap kebijakan yang diusulkan oleh Trump, karena usulannya dapat menambah tekanan terhadap inflasi. Langkah-langkah yang mungkin akan diambil Trump adalah tarif impor, deportasi pekerja secara masif, dan seruan agar Fed memangkas suku bunga acuan. Segala tindakan ini berpotensi akan menaikkan harga barang dan jasa.
Prediksi sebelumnya juga sudah menunjukkan kemungkinan adanya lonjakan angka pengangguran. Para pakar yang disurvei oleh Bloomberg memprediksi tingkat pengangguran AS berpeluang naik hingga 4,4% pada tahun 2025, melonjak dari 4,2% pada bulan Agustus 2024, sebelum kembali menurun pada tahun 2026.
Komentar: