Pasar energi global waspada di tengah kekhawatiran baru bahwa meningkatnya ketegangan militer antara Israel dan Iran dapat mengganggu pengiriman minyak mentah melalui Selat Hormuz, salah satu jalur utama minyak paling krusial di dunia.
Para analis memperingatkan bahwa blokade Iran terhadap jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia ke Laut Arab dapat membuat harga minyak melonjak di atas $100 per barel. Menurut Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING, skenario seperti itu akan berdampak besar pada pasar minyak, dengan potensi harga akan mencapai rekor tertinggi baru, melampaui rekor tahun 2008 sebesar $150 per barel.
Situasi ini tetap sensitif, dengan estimasi para ahli energi bahwa pasar hidrokarbon dapat memburuk secara signifikan, menyebabkan harga minyak mentah melambung hingga $350 per barel. "Jika skenario terburuk terjadi dan Selat Hormuz ditutup selama sebulan atau lebih, kemungkinan besar harga minyak Brent akan melonjak menjadi USD 350/b, ekonomi dunia akan runtuh, dan harga minyak akan turun kembali di bawah USD 200/b setelah beberapa waktu," ujar Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di bank SEB Swedia.
Terlepas dari prediksi yang mengkhawatirkan ini, banyak pakar pasar tetap optimis secara hati-hati dan melihat kemungkinan blokade penuh masih rendah untuk saat ini. Setiap kekacauan lalu lintas di selat tersebut, yang menjadi jalur 21% konsumsi minyak harian dunia, bisa menjadi bencana tidak hanya untuk harga minyak mentah, tetapi juga untuk pasar gas global. Bagaimanapun, jalur ini juga merupakan rute transit utama untuk gas alam cair dari Qatar.
Selat Hormuz tetap menjadi jalur minyak paling penting di dunia, berfungsi sebagai jalur vital bagi ekspor minyak Timur Tengah ke Asia. Produsen terbesar di kawasan ini, termasuk Iran, sangat bergantung pada rute ini. Sementara Arab Saudi dan UEA memiliki pipa alternatif yang dapat melewati selat, kapasitasnya terbatas. Jika pasokan terguncang, Badan Informasi Energi AS memperkirakan sekitar 3,5 juta barel per hari dapat dialihkan melalui pipa ini, tetapi itu tidak akan cukup untuk menutupi bahkan satu hari dari potensi blokade.
Untuk saat ini, pasar minyak memperkirakan kemungkinan gangguan ekstrem ini kecil, menganggapnya tidak masuk akal. Namun, para analis memperingatkan bahwa gangguan kecil sekalipun dapat berdampak besar bagi pasar energi. Gangguan signifikan pada aliran di Selat Hormuz akan membahayakan 14 juta barel ekspor minyak harian dari Timur Tengah, memaksa Arab Saudi dan UEA untuk memanfaatkan kapasitas cadangan mereka.
Namun, meskipun ketegangan di wilayah tersebut terus memburuk, banyak yang skeptis bahwa konflik akan meningkat hingga terjadi blokade penuh di Selat Hormuz.
Komentar: