Ketegangan antara Iran dan Israel semakin memanas, dan pasar minyak pun terkena dampaknya. Menurut para analis CNBC, Israel kemungkinan akan menyerang fasilitas minyak Iran.
Ancaman terhadap pasokan minyak menjadi serius setelah Iran meluncurkan rudal balistik ke arah Israel. Kemungkinan besar, Israel tidak akan tinggal diam dan bisa merespons dengan menargetkan infrastruktur minyak Iran. Dalam skenario seperti itu, seluruh pasar minyak global akan berisiko. Saul Kavonic, analis senior energi di MST Marquee, mengatakan bahwa gangguan pasokan tidak bisa dihindari dalam situasi ini. "Hingga 4% pasokan minyak global berada dalam risiko karena konflik kini secara langsung melibatkan Iran, dan serangan atau sanksi yang lebih ketat dapat mendorong harga minyak kembali ke $100 per barel," tambahnya.
Analis tersebut juga menyebutkan bahwa serangan Israel terhadap Iran atau sanksi yang lebih ketat bisa mendorong harga minyak hingga $100 per barel. Bloomberg, mengutip ClearView Energy Partners, melaporkan bahwa harga acuan Brent bisa naik $7 per barel jika AS dan sekutunya memberlakukan sanksi baru terhadap Iran, atau naik $13 jika Israel menyerang infrastruktur energi Iran. Begitu konflik Iran-Israel memengaruhi lalu lintas tanker melalui Selat Hormuz, harga minyak bisa melonjak $13 hingga $28 per barel. Para analis mengatakan bahwa harga Brent naik lebih dari 5% setelah serangan rudal Iran.
Belum lama ini, otoritas Iran mengumumkan kesiapan mereka untuk menghadapi kemungkinan pembalasan dari Israel. Dalam situasi ini, para ahli memperkirakan bahwa militer Israel bisa menargetkan ladang minyak Iran dan lokasi strategis penting lainnya, termasuk fasilitas nuklir.
Komentar: