Hari ini, USD/JPY mencapai level tertinggi dalam tiga bulan dan menguji level resistance 154,00 (garis atas indikator Bollinger Bands pada timeframe D1). USD/JPY memulai minggu ini dengan gap up. Harga penutupan hari Jumat adalah 152,30, dan harga pembukaan hari ini adalah 152,94, meninggalkan gap yang belum terisi. Yen berada di bawah tekanan berat setelah hasil pemilu parlemen mendadak di Jepang yang tidak terduga dan, bisa dibilang, sensasional. Faktor-faktor yang sudah menantang bagi para penjual USD/JPY—seperti ketidakpastian Bank of Japan dan perlambatan inflasi—sekarang diperparah oleh ketidakstabilan politik yang baru.
Singkatnya, Shigeru Ishiba, yang memenangkan pemilihan partai bulan lalu dan kemudian diangkat sebagai perdana menteri, mengadakan pemilihan parlemen awal, dengan keyakinan bahwa hal ini akan memperkuat posisinya secara politik dan memberinya fleksibilitas politik yang lebih besar. Namun, keputusan ini ternyata menjadi kesalahan kritis bagi Ishiba dan partai yang berkuasa, yang mungkin segera kehilangan posisi mayoritasnya.
Saat ini, Partai Demokrat Liberal kehilangan posisi mayoritasnya di majelis rendah—sebuah peristiwa langka dalam sejarah politik Jepang, menandai pertama kalinya LDP kehilangan status penguasa sejak kembali berkuasa pada tahun 2012.
Yen bereaksi negatif terhadap hasil pemilihan. Pertama, mengingat ketidakstabilan politik, bank sentral Jepang tidak mungkin mengambil langkah untuk memperketat (atau menormalkan) kebijakan moneter. Ini menambah alasan lain bagi Bank of Japan untuk mengambil jeda (selain faktor-faktor lain yang dibahas di bawah ini).
Kedua, sikap ekonomi dari koalisi baru dan potensi perubahan dalam pemerintahan (jika Ishiba kehilangan posisinya, yang tampaknya mungkin) masih belum jelas.
Para analis di Okasan Securities menyatakan bahwa banyak politisi oposisi yang dapat bergabung dengan koalisi minoritas menyerukan langkah-langkah untuk meningkatkan upah. Jika kebijakan ini diterapkan, hal ini akan mempersulit Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga tanpa kejelasan lebih lanjut tentang pertumbuhan upah. Kejelasan ini kemungkinan baru akan tampak setelah "shunto" musim semi (negosiasi upah tahunan Jepang antara perusahaan dan serikat pekerja). Dengan demikian, penyesuaian kebijakan moneter mungkin ditunda hingga musim semi mendatang, meskipun sebelumnya beberapa ahli memperkirakan kenaikan suku bunga pada bulan Desember.
Singkatnya, para trader USD/JPY saat ini menghadapi banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bentuk apa yang akan diambil oleh koalisi parlemen baru? Seperti apa pemerintahan baru nantinya? Apakah Shigeru Ishiba akan mempertahankan posisinya? Dan langkah apa yang akan diambil oleh koalisi minoritas jika terbentuk?
Kita tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawaban. Di bawah Konstitusi Jepang, sesi luar biasa Parlemen harus diadakan dalam waktu 30 hari untuk memilih perdana menteri. Dalam iklim ketidakpastian politik ini, yen kemungkinan akan tetap tertekan, dan pembeli USD/JPY dapat mendorong pasangan ini lebih tinggi, mungkin menuju kisaran 154,00-155,00.
Namun, politik bukan satu-satunya kekuatan yang membebani yen. Faktor fundamental lainnya memungkinkan para bull USD/JPY untuk mempertahankan kepercayaan mereka. Yang pertama dan paling utama adalah inflasi, yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan pada bulan September. Indeks Harga Konsumen Tokyo turun menjadi 1,8% pada bulan Oktober, tingkat pertumbuhan terendah sejak April tahun ini. Indeks inti, yang tidak termasuk harga makanan baru, juga melambat menjadi 1,8% pada bulan Oktober, melanjutkan jalur penurunannya (tercatat sebesar 2,0% pada bulan September).
Data CPI yang lebih luas, yang dirilis sebelumnya juga mencerminkan perlambatan inflasi, dengan CPI keseluruhan melambat menjadi 2,5% bulan lalu (tingkat pertumbuhan terendah sejak April), dan indeks CPI inti turun menjadi 2,4% (juga terendah sejak April).
Semua ini menunjukkan bahwa Bank of Japan mungkin tidak akan terburu-buru untuk memasuki siklus kenaikan suku bunga berikutnya. Gubernur BOJ Kazuo Ueda, kebetulan, mengisyaratkan sikap ini sebelum pemilihan. Sekarang, mereka yang mendukung pendekatan wait and see memiliki satu argumen signifikan lagi di pihak mereka.
Satu-satunya faktor yang mungkin menyelamatkan penjual USD/JPY bisa jadi adalah pukulan terhadap dolar AS. Skenario ini bisa terjadi jika pasar tenaga kerja AS kembali mengecewakan para bull dolar. Laporan Non-Farm Payroll bulan Oktober akan dirilis Jumat ini, dan prediksi awal menunjukkan hasil yang lemah (pertumbuhan lapangna kerja yang diharapkan sekitar 110.000).
Dengan demikian, meskipun yen secara keseluruhan lemah, mungkin terlalu dini untuk masuk ke posisi long USD/JPY—setidaknya sampai para trader menembus level resistance 154,00, yang sesuai dengan garis atas Bollinger Bands pada time frame D1. Yen tetap lemah, tetapi dolar juga belum menemukan pijakan yang kuat. Dalam kondisi fundamental ini, pendekatan wait and see terhadap pasangan ini tampaknya bijaksana.