Pada Jumat pagi, yen Jepang turun ke level terendah 7 bulan terhadap dolar AS dan mencapai level terendah lokalnya dalam 15 tahun terhadap euro karena trader mengantisipasi keputusan dovish dari Bank of Japan (BOJ). Prediksi pasar akurat. Sekali lagi, Bank of Japan tetap berkomitmen pada kebijakan moneternya yang sangat longgar. Apakah ini berarti hukuman mati untuk yen?
Bank of Japan terus mempertahankan posisinya yang berbeda dengan rekan-rekan yang lebih hawkish. Pada Jumat pagi, diumumkan bahwa regulator mempertahankan kebijakan moneter dovish-nya terlepas dari tekanan inflasi yang meningkat di negara tersebut.
Suku bunga di Jepang tetap negatif (-0,1%), dan imbal hasil obligasi 10-tahun tetap berada di nol. BOJ juga tidak membuat perubahan pada mekanisme pengendalian kurva hasilnya, meskipun beberapa peserta sangat berharap bahwa regulator tersebut akan mengambil langkah-langkah yang lebih hawkish.
Bank sentral Jepang membenarkan keputusannya dengan menyatakan bahwa prioritas utamanya saat ini adalah mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh di tengah perlambatan tajam dalam perekonomian global.
Langkah-langkah pengetatan baru di Australia, Kanada, dan Eropa sekali lagi telah meningkatkan risiko resesi global. Dalam kondisi seperti itu, BOJ tidak dapat memulai normalisasi kebijakan moneter, meskipun pertumbuhan harga tersebut terus menguat.
Pada bulan April, inflasi konsumen inti Jepang mencapai 3,4%. Indikator tersebut secara persisten berada di atas target BOJ sebesar 2% selama lebih dari setahun. Namun, hingga baru-baru ini, regulator tersebut menganggap bahwa pertumbuhan harga sebagai fenomena sementara dan mengharapkan penurunan signifikan inflasi dalam tahun fiskal ini menjadi 1,8%.
Namun demikian, para analis memiliki alasan yang kuat untuk percaya bahwa dalam tinjauan triwulanan berikutnya yang dijadwalkan pada bulan Juli, Bank of Japan mungkin akan mengoreksi proyeksi pertumbuhan harga sebelumnya ke atas.
Para pelaku pasar memperkirakan bahwa selama konferensi pers hari ini, Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, pasti akan membahas masalah ini.
Jika pejabat tersebut menunjukkan bahwa interpretasi "sementara" terkait inflasi telah kehilangan relevansinya dan bahwa regulator saat ini mengharapkan peningkatan tekanan harga lebih lanjut di negara tersebut, hal ini dapat memicu gelombang spekulasi tentang kemungkinan perubahan kebijakan moneter Bank of Japan pada paruh kedua tahun ini.
Skenario seperti itu dapat mendukung yen, yang telah melemah secara signifikan belakangan ini terhadap dolar, euro, dan pound sterling.
Pekan ini, pasangan USD/JPY mencapai level tertingginya sejak November tahun lalu di 141,50. Terhadap euro, yen turun ke level terendah 15-tahun, dan terhadap pound Inggris, yen turun ke level terendah dalam 7 tahun di 178,34.
Melemahnya yen terhadap beberapa mata uang ini dipicu oleh kekhawatiran investor yang makin meningkat mengenai perbedaan moneter yang makin besar antara Bank of Japan dengan bank-bank sentral lainnya (Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank of England).
Meskipun regulator AS tidak menaikkan suku bunga bulan ini, mereka memberikan sinyal kemungkinan kebijakan agresif yang berlanjut di negara tersebut. Menurut dot plot terbaru dari Federal Reserve, para pembuat kebijakan AS mengandalkan setidaknya dua kali kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini.
Pada hari Kamis, Bank Sentral Eropa, seperti yang diharapkan, menaikkan suku bunga sebesar seperempat persen dan mengindikasikan potensi untuk pengetatan lebih lanjut. Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan bahwa kenaikan suku bunga pada bulan Juli sangat mungkin terjadi.
Adapun untuk Bank of England, pada bulan Mei, regulator juga akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan memperingatkan kemungkinan pergerakan hawkish lebih lanjut jika tekanan inflasi tidak mulai mereda.
Fakta bahwa regulator-regulator utama dapat menaikkan suku bunga mereka bahkan lebih tinggi, sehingga memperluas kesenjangan yang telah signifikan dengan bank sentral Jepang, tentu merupakan faktor negatif bagi yen.
Saat ini, JPY tetap menjadi mata uang yang paling menarik dalam trading. Jika para investor gagal mendeteksi sinyal hawkish yang terkecil pun dalam pidato Gubernur Bank of Japan hari ini, hal tersebut dapat memperkuat penjualan yen ke berbagai arah.
Namun, penting untuk diingat bahwa depresiasi berlebihan JPY merupakan risiko yang signifikan saat ini karena otoritas Jepang secara nyata telah meningkatkan peringatan mereka tentang intervensi mata uang.
"Saya tidak berpikir bahwa pergerakan akan benar-benar melakukan intervensi di pasar kecuali dolar diperdagangkan di bawah 145 terhadap yen. Namun, interval verbal juga dapat berdampak signifikan pada sentimen trader. Risiko intervensi oleh otoritas Jepang adalah satu-satunya alasan untuk membeli yen pada tahap ini," ujar Marito Ueda, seorang analis di SBI Liquidity Market.
Kesimpulan
Seperti yang dapat kita lihat, masih terlalu dini untuk menyerah pada yen. Pertama-tama, masih ada peluang baginya untuk naik jika Bank of Japan mengubah ekspektasi inflasinya.
Kedua, JPY dapat menguat bahkan jika regulator mempertahankan sikapnya saat ini. Dalam hal ini, kemungkinan kita akan melihat kenaikan tajam dalam yen yang diikuti dengan pemulihat yang sama cepatnya melalui intervensi verbal atau nyata oleh pemerintah Jepang.