Mata uang AS bereaksi negatif terhadap kenaikan suku bunga dana Fed lainnya setelah pertemuan FOMC. USD menurun secara signifikan, kehilangan banyak keuntungan sebelumnya. Namun, pelaku pasar dan analis meyakini bahwa Dolar AS cukup kuat untuk menutup kerugiannya.
USD menurun pada hari Rabu setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. Pihak berwenang Fed menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di masa depan, yang ditujukan untuk menurunkan laju inflasi, bisa lebih kecil dari yang sebelumnya.
Para analis menjelaskan bahwa pasar menganggap pernyataan ini cukup dovish. Investor berasumsi bahwa regulator akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam situasi saat ini. Banyak analis percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga hanya 50 bps pada bulan Desember.
Sementara beberapa pelaku pasar memperkirakan Fed akan memperlambat pengetatan moneter secara signifikan, ekspektasi ini digugurkan oleh ketua Fed Jerome Powell. Pada konferensi pers setelah pertemuan, dia menyatakan bahwa Federal Reserve tidak berencana untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga. "Terlalu dini untuk berhenti," tambah Powell. Ketua Fed tersebut menyatakan bahwa regulator akan menyajikan ringkasan baru proyeksi lintasan suku bunga.
Lebih lanjut, Powell menunjukkan kenaikan stabil terhadap Dolar AS dan menyebutnya sebagai "tantangan" bagi banyak negara. Ekspektasi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi sangat menekan USD. Kamis pagi, 3 November, EUR/USD diperdagangkan di dekat 0,9825. Sebelumnya, pasangan naik ke 0,9832, tetapi menurun tipis setelahnya.
Pelaku pasar berharap Fed akan memperlambat kenaikan suku bunga tahun ini dan mengakhiri siklus pengetatan pada kuartal pertama 2023. Namun, tindakan The Fed tidak sesuai ekspektasi mereka. Kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan Desember merupakan satu-satunya kemungkinan penyesuaian kebijakan yang dapat dilakukan oleh regulator.
Meningkatnya lapangan kerja di AS menjadi indikator utama yang menandakan bahwa Fed tidak akan melonggarkan sikap mereka. Berdasarkan data terbaru ADP, perekonomian AS menambahkan 239.000 pekerjaan baru pada bulan Oktober, jauh di atas 192.000 pekerjaan baru yang dilaporkan pada bulan September. Federal Reserve menggunakan data tersebut untuk menentukan tingkat inflasi dan penyesuaian suku bunga. Data pasar tenaga kerja AS yang kuat memberi Fed lebih banyak ruang untuk bermanuver, memungkinkan regulator untuk memperketat kebijakan moneternya lebih agresif untuk melawan lonjakan inflasi.
Di tengah perkembangan itu, para pakar mencatat bahwa rally Dolar AS berpotensi akan berlanjut pada tahun 2023, didorong oleh kekhawatiran atas resesi global dan Fed yang hawkish. Ahli strategi FX di Capital Economics meyakini bahwa siklus pengetatan Fed hampir berakhir. Kepala ekonom perusahaan riset Jonas Goltermann memprediksi bahwa Dolar AS akan terus naik pada paruh pertama tahun 2023.
Goltermann meyakini bahwa jika suku bunga mencapai puncaknya, tidak akan menjadi hambatan untuk rally USD di masa depan. Ekonom menyatakan penurunan selera risiko di pasar global dan meningkatnya permintaan untuk aset safe haven telah memberikan dukungan terhadap Dolar AS. Menurut Goltermann, mata uang AS naik selama siklus pengetatan sebelumnya.
Pandangan sebelumnya oleh beberapa analis melihat Fed menaikkan suku bunga hingga 5% pada tahun 2023. Bloomberg memperkirakan bahwa suku bunga efektif Fed dapat mencapai puncaknya sebesar 5,1% pada Mei 2023. Pelaku pasar memperkirakan suku bunga utama akan turun setelahnya di kuartal pertama atau kedua tahun ini.