logo

FX.co ★ Dolar: letusan pertumbuhan dan konfrontasi inflasi

Dolar: letusan pertumbuhan dan konfrontasi inflasi

Dolar: letusan pertumbuhan dan konfrontasi inflasi

Mata uang AS kembali mengambil keuntungan dari kenaikan inflasi, melonjak pasca rilis indeks data konsumen (CPI) di AS. Namun, setelah memanfaatkan situasi pasca perubahan inflasi, dolar berisiko melemah dalam perencanaan jangka menengah dan panjang.

Menurut laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS, tingkat inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen (CPI) melonjak ke level tertinggi dalam empat dekade. Pada akhir Juni, indeks ini mencapai 9,1% year-on-year, yang menunjukkan kenaikan paling signifikan sejak 1981. Ingat, indikator ini tidak lebih dari 8,6% pada bulan Mei. Pada saat yang sama, peningkatan indikator inflasi di Amerika Serikat meluas sebesar 1,3%, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2005. Indikator ini mencerminkan kenaikan harga bensin, perumahan dan makanan.

Dengan latar belakang ini, mata uang AS menunjukkan kenaikan yang luar biasa, dengan tajam menyalip euro dalam pasangan EUR/USD. Dalam situasi saat ini, euro merosot 0,3%, mencapai 1.0004. Akibatnya, dolar, setelah menguji level tertinggi lainnya, kembali ke level paritas dengan euro pasca breakout jangka pendek. Pada Rabu, 13 Juli, mata uang tunggal euro jatuh ke level 0.9998 untuk pertama kalinya sejak Desember 2002. Kemudian euro turun 0,39% pada Kamis pagi, 14 Juli, mencapai 1.0020. Kemudian, pasangan EUR/USD diperdagangkan pada 0.0023, tidak berhasil mencoba keluar dari lubang harga.

Dolar: letusan pertumbuhan dan konfrontasi inflasi

Lonjakan tajam dolar di tengah kenaikan harga konsumen disertai dengan pelanggaran paritas di pihak euro. Setelah rilis data inflasi AS, euro tergelincir ke bawah level paritas pasangan EUR/USD. Menurut para analis di Commonwealth Bank of Australia, paritas kedua mata uang, yang menetap di 0.9900, tetap menjadi batas bawah untuk pasangan EUR/USD. Di masa depan, para ahli strategi mata uang memperkirakan terbentuknya konsolidasi secara bersamaan.

Pergerakan pasangan EUR/USD berlangsung di tengah berkembang pesatnya inflasi, yang telah meningkat signifikan setelah mencapai level tertinggi selama 40 tahun terakhir. Terus menguatnya inflasi meningkatkan risiko kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve. Menurut para analis, ini akan memicu resesi dalam waktu dekat. Pada saat yang sama, kekhawatiran atas resesi sangat mendukung greenback.

Menurut Rafael Bostic, presiden Fed Atlanta, inflasi yang sangat tinggi membuat bank sentral AS tidak punya pilihan dalam menaikkan suku bunga, yang kemungkinan akan diselesaikan secara positif. Pernyataan ini dilengkapi oleh para analis Wells Fargo, menjelaskan bahwa Fed akan memerlukan beberapa indikator inflasi bulanan untuk membuat keputusan akhir atas suku bunga. Mengenai indeks harga konsumen (CPI) bulan Juni, para pakar memperkirakan angkanya "akan panas, tetapi laporan ini hanya membakar." Ingat, inflasi harga konsumen di Amerika Serikat melampaui ekspektasi yang sudah meningkat, melonjak sebesar 1,3%. Harga naik 9,1% setahun, yang merupakan siklus tertinggi baru.

Menurut para pakar, setabilnya kenaikan harga barang-barang pokok, yang tercatat selama dua bulan, sangat tidak diinginkan oleh The Fed. Bank sentral berusaha melemahkan inflasi inti di segmen barang konsumsi di tengah kenaikan pesat harga makanan dan energi. Namun, kemajuan dalam hal ini sejauh ini sangat minim.

Dalam situasi seperti itu, greenback menjadi pemenang, menarik kekuatan dari pelepasan spiral inflasi. Namun, jalannya begitu rapuh: dalam jangka panjang, USD berisiko sangat tenggelam. Saat ini, dolar merasa percaya diri, menunjukkan betapa penting statusnya bagi dunia. Rally USD agresif belakangan ini menunjukkan bahwa mata uang AS bertindak sebagai perisai bagi penduduk Amerika Serikat yang mengalami inflasi sangat tinggi.

Dalam situasi saat ini, daya beli impor Amerika meningkat. Perhatikan bahwa penguatan dolar memberikan perlindungan dari inflasi dalam bentuk impor yang lebih murah. Namun, para analis Morgan Stanley percaya bahwa penguatan USD menambah risiko bagi The Fed, karena mata uang nasional yang kuat menyulitkan bank sentral untuk mendinginkan permintaan. Situasi tersebut memicu pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut atau mengarah pada stagflasi. Ingat, dengan stagflasi, inflasi tinggi tetap ada, tetapi pertumbuhan ekonomi melambat signifikan.

Faktor penting lainnya yang melemahkan kekuatan dolar dalam pasangan EUR/USD tetap perbedaan utama dalam strategi moneter Fed dan Bank Sentral Eropa. Tahun ini, bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 1,50%, dan bank sentral Eropa masih dalam pertimbangan, meskipun inflasi di zona euro juga memecahkan rekor. Kesenjangan antara suku bunga Fed dan ECB akan tumbuh setelah indeks harga konsumen Juni di Amerika Serikat menunjukkan level tertinggi baru dalam 40 tahun. Pada saat yang sama, para pakar tidak mengesampingkan bahwa bulan ini ECB akan memulai siklus kenaikan suku bunga, tetapi dengan langkah yang lebih kecil – 0,25%.

Dalam jangka panjang, penguatan greenback akan berkontribusi pada pengetatan lebih lanjut pada kondisi keuangan. Dengan latar belakang ini, The Fed terus mengurangi neracanya, Morgan Stanley menekankan. Akibatnya, penguatan dolar meningkatkan risiko resesi di Amerika Serikat, yang oleh banyak investor dianggap tak terelakkan.

*Analisis pasar yang diposting disini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anda, namun tidak untuk memberikan instruksi untuk melakukan trading
Buka daftar artikel Buka artikel penulis ini Buka akun trading