Meskipun indeks saham AS ditutup lebih tinggi kemarin, pergerakan korektif terus berlanjut. Ada ketakutan besar di antara para investor mengenaik kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Inflasi di Amerika Serikat berada pada titik tertinggi sepanjang masa dan terus meningkat. Pada pertemuan FOMC berikutnya, inflasi konsumen dapat meningkat menjadi 8%, titik tertinggi selama lebih dari 40 tahun. Itu adalah harga untuk melakukan langkah-langkah stimulus selama 2 tahun terakhir yang harus dibayar bank sentral AS, serta itu adalah konsekuensi dari pandemi virus korona. Seperti Uni Eropa, Amerika Serikat mengadopsi sikap kebijakan moneter yang longgar dan menyuntikkan sejumlah besar uang tunai ke dalam perekonomian, berharap untuk pemulihan yang cepat. Seacara umum, kebijakan moneter regulator bertanggung jawab untuk melanjutkan inflasi. Banyak ahli percaya bahwa kenaikan suku bunga tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah lonjakan inflasi. Mereka mengatakan bahwa stimulus moneter bukan satu-satunya alasan untuk menumbuhkan harga konsumen. Mereka mengatakan harga energi yang tinggi, ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, dan masalah rantai pasokan global adalah di antara hambatan lainnya. Oleh karena itu, meningkatkan suku bunga mungkin tidak akan memecahkan masalah inflasi yang berderap.
Penemu ShadowStats, John Williams, menunjukkan inflasi riil di Amerika Serikat berada pada tingkat 15% dan ekonomi berada di ambang kehancuran. Menurut data resmi, angkanya adalah 7,5%. Beliau yakin bahwa sikap Federal Reserve terhadap inflasi pada dasarnya salah karena pertumbuhan ekonomi yang kuat (yang memang diamati di AS, menurut data PDB) tidak dapat memicu lonjakan harga konsumen. "Satu hal yang tidak menyebabkan inflasi adalah pertumbuhan ekonomi yang kuat. Maka, ketika mereka berbicara tentang menaikkan suku bunga untuk membunuh pertumbuhan ekonomi yang kuat ini yang memicu inflasi, itu tidak masuk akal. Jika Fed dengan bodohnya menaikkan suku bunga seperti yang tercermin dalam penggajian karena tidak sepenuhnya pulih, Anda akan mengalami penurunan tajam, depresi double-dip di sini. Pada saat yang sama, Anda masih akan mengalami inflasi. Anda akan berakhir dengan depresi inflasi atau Depresi Besar hiperinflasi," kata John Williams. Sejujurnya, hal tersebut masuk akal. Seperti yang kita ketahui, bank sentral hampir sepenuhnya meninggalkan stimulus moneter, tetapi tidak memiliki dampat positif pada inflasi sama sekali. Jadi, pertanyaannya adalah, kenaikan suku bunga apa yang diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke trget 2%? Memang, Federal Reserve tidak akan mampu menaikkan suku bunga sebesar 2% atau 3% sekaligus. Dengan kata lain, akan memakan waktu beberapa tahun untuk kembali ke 2%. Jadi, inflasi akan tetap tinggi sepanjang waktu. Selain itu, tidak jelas kapan harga minyak dan gas akan berhenti naik dan masalah rantai pasokan akan diselesaikan.