Kerusuhan spontan yang terjadi di Washington tidak mengganggu reli panjang di pasar saham AS, sehingga indeks-indeks utama dapat mencapai rekor tertinggi.
Pada hari Rabu, pendukung Presiden AS saat ini, Donald Trump, menyerang gedung Senat untuk mencegah pengakuan resmi atas kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden November lalu. Akibat kerusuhan tersebut, empat orang tewas dan gedung DPR rusak. Dan di tengah kekacauan spontan, para pemimpin Senat Demokrat menyerukan pemakzulan Donald Trump atau pemecatan dari jabatannya saat ini di bawah amandemen konstitusi tentang ketidak mampuan presiden.
Saat ini, banyak pelaku pasar berharap kepada perwakilan Partai Demokrat, setelah mereka menguasai Gedung Putih dan Kongres, akan secara signifikan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk mendukung ekonomi AS selama pandemi COVID-19. Beberapa pihak Demokrat telah mengatakan bahwa setelah pelantikan Joe Biden, perhatian khusus akan diberikan terhadap masalah peningkatan pembayaran langsung ke sektor rumah tangga, khususnya menaikkannya hingga $ 2,000 per orang.
Para ahli percaya bahwa tindakan seperti itu dapat memicu percepatan inflasi di Amerika Serikat. Seringkali, tindakan ini meningkatkan kenaikan harga saham dari perusahaan keuangan, produsen barang konsumen diskresioner, dan perusahaan teknologi.
Namun sementara itu, para analis membuat perkiraan jangka panjang mengenai keadaan global ekonomi AS.
Pasalnya, kemarin, S&P 500 naik 1.6% menjadi 3803.79 poin, sedangkan untuk Nasdaq Composite naik sebesar 2.6% dan mencapai 13067.48 poin. Kedua indeks tersebut mencapai rekor tertinggi baru pada 2021 ini. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melonjak 0.7% (menjadi 31,041.13 poin) dan mencatat rekor penutupan kedua di tahun ini.
Adapun pada indeks lainnya, Russell 2000, yang melacak perusahaan-perusahaan kecil, naik 2.0% dan juga membukukan rekor tertinggi
Sektor teknologi juga menjadi pemimpin pertumbuhan pada pasar saham, dengan Nvidia dan Advanced Micro Devices memperoleh lebih dari 5%.
Sebagian besar perbankan juga mencatat dinamika positif. Misalnya, JPMorgan melaporkan kenaikkan yang mengesankan sebesar 3.3%.
Tesla, pabrik mobil listrik Amerika, juga mengalami kenaikan 7.9%, sehingga meningkatkan kapitalisasi pasanya menjadi $ 773 miliar.
DXC Technology juga naik sebesar 9.3%, setelah Reuters melaporkan bahwa perusahaan Perancis, Atos telah membuat tawaran pengambilalihan. Jumlah yang dilaporkan adalah lebih dari $ 10 miliar.
Saham Walgreens Boots Alliance juga naik sebesar 5.2%, setelah pertusahaan tersebut melaporkan pertumbuhan penjualan yang tajam pada kuartal terakhir.
Pada gilirannya, banyak investor mencoba menjual aset defensif, karena mereka cenderubg tidak mengharapkan ketidakstabilan atau ketidakpastian ekonomi dalam jangka pendek. Hal ini berakibat pada, saham produsen barang konsumsi dan perusahaan utilitas kehilangan nilai secara signifikan pada hari Kamis.
Pasar obligasi pemerintah AS juga melaporkan hasil penjualan, yang oleh karena itu, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun melonjak dari 1.041% menjadi 1.070%, setelah melewati 1% untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
Para ahli percaya bahwa pada hari Jumat, pelaku pasar akan fokus pada laporan bulan Desember dari Departemen Tenaga Kerja AS mengenai jumlah pekerjaan di luar sektor pertanian.
Adapun indeks saham di Asia Pasifik juga tumbuh secara stabil dan mencatat rekor baru pada hari Kamis.
Indeks Stoxx Europe 600 melonjak 0.5%, yang dipimpin oleh perusahaan konstruksi dan material.
Kospi Composite Korea Selatan membukukan rekor lain dengan kenaikan 2.1%.
Shanghai Composite Cina juga naik 0.7% dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari lima tahun.
Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0.5%, karena saham tiga perusahaan telekomunikasi utama Cina turun secara signifikan setelah New York Stock Exchange sekali lagi mengubah posisinya terkait isu berlanjutnya delisting ADR mereka. Secara khusus, saham China Mobile, China Unicom dan Chine Telecom turun dari 7% menjadi 11%.
Saham Alibaba juga merosot 3.9%, sama seperti Tencent yang juga mencatat penurunan 4.7%, setelah Wall Street Journal menyatakan otoritas AS dapat saja memperpanjang larangan terhadap saham kedua korporasi tersebut.