Menurut IEA (International Energy Agency), dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk memulihkan permintaan minyak. Kembalinya harga minyak ke level sebelum krisis diperkirakan hanya kaan terjadi pada tahun 2023, terutama setelah penurunan sebanyak 8% tahun ini. Pada tahun 2030, permintaan akan stabil, namun hanya di harga yang lebih rendah daripada prediksi pada tahun sebelumnya.
Dalam World Energy Outlook tahunan, Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol mengatakan bahwa dekade mendatang adalah akhir dari era permintaan minyak global.
Berbeda dengan laporan tahun lalu, Fatih Birol menegaskan bahwa era permintaan minyak tidak akan pernah berakhir. Hanya perlu beberapa tahun agar minyak benar-benar pulih bahkan jika peristiwa global terjadi.
IEA memprediksi bahwa pertumbuhan permintaan minyak akan memperlambat transisi penduduk ke kendaraan listrik. Namun, di negara berkembang seperti India, harga minyak akan naik setidaknya dengan mengorbankan bahan baku plastik dan produk petrokimia lainnya. Mulai 2030, pertumbuhan tahunan akan berkurang menjadi sebanyak 100.000 barel per hari.
Selain itu, berdasarkan perhitungan IEA, dari tahun 2030, untuk menemukan cadangan baru guna mengkompensasi penurunan produksi di bidang lahan lama, mungkin diperlukan investasi sebesar $390 miliar setahun.
Karena permintaan diperkirakan akan meningkat, pemulihan harga akan mencapai $75 per barel pada akhir dekade ini.
Industri serpih AS, yang telah menyediakan sebagian besar cadangan minyak baru dunia selama dekade ini, akan kembali ke level sebelum krisis pada tahun 2022.
Anggota OPEC juga mengalami masa yang sulit karena pendapatan yang menipis membebani anggaran nasional dan beberapa pertumbuhan yang diharapkan di Nigeria, Irak, dan Angola kini akan hilang.