logo

FX.co ★ Perebutan kekuasaan di UE: Kekalahan Jerman akan memenangkan Euro

Perebutan kekuasaan di UE: Kekalahan Jerman akan memenangkan Euro

Hasil pemilihan umum Parlemen Eropa cukup tak terduga, setidaknya di beberapa aspek. Pertama, popularitas politik sayap kanan di negera-negara UE sangat dilebih-lebihkan - para populis masih tetap tersingkir dari kehidupan politik Eropa. Namun, partai-partai Eropa "tradisional" juga kehilangan poin: untuk pertama kalinya dalam sejarah Parlemen Eropa, Partai Populer Eropa dan Sosial Demokrat tidak lagi menjadi mayoritas mutlak. Dalam pertemuan parlemen ini, keduanya tidak dapat menciptakan koalisi dan, oelh karena itu, menentukan kebijakan personel dalam struktur kekuatan badan Uni Eropa. Dengan cara yang tak terduga, fakta ini dapat berdampak positif terhadap posisi mata uang tunggal, yang baru-baru ini tengah menghadapi masa sulit.

Perebutan kekuasaan di UE: Kekalahan Jerman akan memenangkan Euro

Lama sebelum pemilihan umum parlemen, media "memberitakan" Berlin akan melobi posisi kepala perwakilan Komisi Eropa negaranya, menyebut kandidat dari Partai Rakyat Eropa, Manfred Weber. Demi posisi ini, Angela Markel siap "menukar" posisi kepala ECB. Meski selama beberapa tahun, pasar yakin bahwa Jerman akan melobi posisi kepala Bank Sentral Eropa bagi Jens Weidmann, yang kini memimpin Bundesbank dan berada dalam jajaran Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa. Hal ini telah lama dibahas - baik diantara para analis, maupun pengamat ekonomi. Semua rumor ini berdasarkan fakta bahwa Jerman, pada prinsipnya, tidak berkenan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Mario Draghi.

Sekarang hal ini hampir dilupakan, namun beberapa tahun lalu, saat zona euro mengalami fase krisis paling parah, beberapa politikus Jerman menjuluki Draghi "penipu Eropa". Menurut mereka, kepala ECB tersebut secara ilegal "menyalakan mesini cetak", karena penebusan obligasi melanggar hukum yang melarang regulator Eropa untuk secara langsung membiayai pemerintah. Tentu saja, sebagian besar ekonom di Jerman dan perwakilan dari kelompok bisnis tidak begitu radikal dalam pernyataan mereka - namun banyak di antaranya secara publik mengkritik dan masih mengkritik kepala ECB saat ini karena kebijakan lunak mereka.

Jens Weidmann sendiri juga berulang kali berpendapat mengenai perlunya pengetatan kebijakan moneter secara bertahap. Bahkan dalam kondisi saat ini, ketika indikator ekonomi utama zona euro melambat, dirinya mempertahankan posisi yang cukup "hawkish". Hanya dua pekan yang lalu, ia menyatakan tidak perlu ada penundaan normalisasi kebijakan, "jika prakiraan memungkinkan hal itu dilakukan". Selain itu, Weidmann selalu menjadi lawan terbuka dari mekanisme penebusan obligasi dan insentif lainnya dari ECB. Tentu saja, jika Italia membawa situasi ke krisis utang, regulator harus kembali ke langkah-langkah tidak konvensional, tetapi bagi Weidmann, itu akan menjadi keputusan yang sulit karena posisinya. Dirinya sering mengulangi ungkapan bahwa pasar tidak boleh meremehkan risiko kebijakan moneter yang sangat lunak. Pada awal April, Mario Draghi sendiri menekankan adanya efek samping dari suku bunga rendah. Setelah pernyataan ini, sebuah permohonan terbuka muncul dari para bankir Jerman yang meminta Bank Sentral Eropa untuk memperkenalkan suku bunga deposito yang berbeda - namun ECB kemudian menolak gagasan ini. Jika Weidmann akan berdiri di pucuk pimpinan Bank Sentral, niat ini dapat memperoleh kembali relevansinya, sementara kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter akan turun secara signifikan (saya percaya ia akan mengambil tindakan seperti itu sebagai upaya terakhir).

Perebutan kekuasaan di UE: Kekalahan Jerman akan memenangkan Euro

Dengan demikian, fakta penunjukan Jens Weidmann sebagai kepala ECB akan memberikan dukungan latar belakang untuk mata uang Eropa. Mempertimbangkan bagaimana perjuangan politik membuka posisi-posisi penting dalam struktur UE, dapat diasumsikan bahwa peluang Jerman meningkat dalam banyak hal. Seperti disebutkan di atas, Kanselir Jerman siap untuk "bertukar" posisi kepala ECB dengan posisi kepala Komisi Eropa, yang kini dipimpin oleh perwakilan Luksemburg, Jean-Claude Juncker. Namun, hasil pemilihan umum Parlemen Eropa tidak memungkinkan Jerman untuk melamar jabatan ini: kanan-tengah EPP dan kiri-tengah kelompok sosialis dan demokrat tidak memiliki 50 suara untuk menentukan mayoritas siapa yang harus memimpin Komisi Eropa (dalam hal ini Jerman Manfred Weber).

Tetapi kaum liberal (ALDE) mencapai hasil yang baik dalam pemilihan umum, secara signifikan memperkuat posisi mereka dan menjadi, pada kenyataannya, pemilik "bagian emas" (dengan mereka, ENB dan sosialis dapat membentuk mayoritas). Itulah sebabnya peluang Weber untuk memimpin EC sekarang cukup rendah - para pemimpin Uni Eropa telah secara aktif menegosiasikan kandidat lain dalam beberapa hari terakhir. Menurut para ahli, ini bisa menjadi wakil dari Denmark Margrethe Vestager (kandidat yang paling mungkin) atau wakil pertama Jean-Claude Juncker saat ini, Frans Timmermans dari Belanda. Pada gilirannya, jabatan kepala ECB dapat menjadi "hadiah hiburan" bagi Jerman, yang tetap memiliki pengaruh pada Olympus politik Uni Eropa. Jika peristiwa lebih lanjut akan terungkap dalam skenario ini, euro akan mendapat dukungan.

*Analisis pasar yang diposting disini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anda, namun tidak untuk memberikan instruksi untuk melakukan trading
Buka daftar artikel Buka artikel penulis ini Buka akun trading