Pandemi coronavirus mengakibatkan resesi global. Di banyak negara, terdapat defisit anggaran dikarenakan pengeluaran besar layanan kesehatan untuk melawan penyebaran virus. Menurut analis, perlu untuk memangkas biaya layanan kesehayan, jika tidak beberapa ekonomi berkembang terbesar di dunia akan menghadapi krisis keuangan dalam beberapa tahun. Dalam kasus ini, lebih baik untuk membahas restrukturisasi utang dengan investor untuk menghindari protes.
Pengeluaran pemerintah akan menekan pandemi di negara seperti India, Malaysia, Polandia, Qatar, Afrika Selatan, Thailand, dan sebagainya, melampaui 10% dari PDB. World Bank mengatakan bahwa negara-negara tersebut bergantung pada pariwisata serta negara-negara penghasil komoditas utama berisiko. Sementara banyak negara yang sebelumnya memiliki surplus menghadapi defisit. Apalagi, utang publik negara-negara berkembang telah mencapai rekor 51% dari PDB.
Gabriel Stern, ketua ekonom di perusahaan penelitian Oxforc Economics, mengatakan perlu untuk mendanai pengeluaran anggaran jika mengalami kenaikan.
Menurut data terbaru, kerugian produksi dalam ekonomi global akan berjumlah hingga $12,5 triliun di 2020 dan 2021. Sebagai hasil, 37% obligasi ddalam standar indeks acuan Emerging Markets Sovereign External Debt JPMorgan dapat berada diambang default di tahun mendatang.
Pasar obligasi negara berkembang kehilangan $33,5 miliar di bulan Maret dikarenakan penyebaran global virus. Bank sentral dalam negara-negara berkembang memompa triliun dolar AS ke pasar finansial sebagai sebuay insentif untuk negara-negara berkembang. Oleh karena itu, otoritas dari negara-negara berkembang telah mengalokasikan hampir $90 miliar pasar obligasi internasional.
Situasi keuangan di negara berkembang hanya melonggar sementara. Di masa mendatang, mereka akan menghadapi kenaikan biaya pembayaran bunga pada utang dan membayar kompensasi.
Phoenix Cullen, ahli strategis di Societe Generale mengatakan bahwa mereka tidak pernah menghadapi hal ini sebelumnya. Solusi terhadap masalah pembiayaan utang yang meningkat secara tajam telah ditunda. Menurutnya, sulit untuk berurusan dengan situasi finansial yang buruk.
IMF dan World Bank akan membantu negara-negara miskin untuk melewati krisis.
Namun, analis memperingatkan bahwa magnitudo dari guncangan ekonomi di negara dengan pendapatan menengah besar sekali. Oleh karena itu, perlu untuk fokus tidak hanya pada utang di negara-negara miskin. Magnitudo masalah akan memerlukan triliun dolar. Yang terburuk akan datang untuk negara berkembang.