Saham uranium melonjak karena energi nuklir kembali populer

Pasar uranium mengalami lonjakan signifikan saat ini. Menurut laporan Business Insider, harga uranium mengalami kenaikan tajam dalam beberapa bulan terakhir, mendorong saham perusahaan-perusahaan pertambangan ke level tertinggi baru. Lonjakan permintaan untuk logam tanah jarang (rare earth metal) memperkuat perusahaan-perusahaan pertambangan dan pemrosesan, sejalan dengan peralihan global dari bahan bakar fosil dan pembangunan terencana reaktor nuklir tambahan. Peralihan ini secara bertahap mengubah lanskap investasi, dengan saham perusahaan-perusahaan terkait uranium mulai membayangi saham perusahaan-perusahaan teknologi spesialisasi AI. Cameco, pemimpin dalam pertambangan uranium, mengalami lambungan harga saham yang mengesankan sebesar 83% sejak awal tahun 2023. Nilai saham The Sprott Uranium Miners ETF (URNM) juga mengalami kenaikan tajam sebesar 42% pada tahun ini. Harga uranium sendiri naik 55% pada tahun 2023 dan mencapai puncaknya di $74,50 per pounddalam pekan 6-11 November, angka ini merupakan nilai tertingginya sejak tahun 2008. Saat ini, harga uranium berada di titik tertinggi 15 tahun dan para analis pasar berpendapat bahwa jalur pertumbuhan ini masih jauh dari puncaknya. Eskalasi harga disebabkan oleh celah besar antara persediaan dan permintaan, dengan harga melonjak hampir 150% dalam dua tahun terakhir. Lanskap nuklir global juga berkembang, dengan negara-negara seperti China, India, dan Rusia meningkatkan program energi nuklir mereka. Upaya-upaya yang ditujukan untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar dengan pengurangan emisi karbon ini, mendorong permintaan untuk uranium. Terdapat sekitar 60 reaktor nuklir yang tengah dibangun di seluruh dunia dan begitu pembangunannya selesai, reaktor-reaktor tersebut akan membutuhkan 30 juta pound uranium per tahun. Namun, persediaan tetap terbatas karena kurangnya investasi (underinvestment) selama bertahun-tahun setelah bencana nuklir Fukushima di Jepang pada tahun 2011.