Inflasi zona euro dapat melonjak di tengah berlangsungnya perang Israel-Hamas

Menurut para ahli di Goldman Sachs, negara-negara zona euro mungkin akan mengalami pertumbuhan inflasi lebih lanjut di tengah meningkatnya ketegangan politik yaitu eskalasi konflik Israel-Palestina.

Ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah dapat berdampak besar pada perekonomian zona euro. Saat ini, semua negara di kawasan tersebut mengalami kesulitan. Regulator Eropa menghadapi lebih banyak hambatan dalam perjuangannya melawan inflasi yang melesat.

Selain itu, situasi ini makin diperburuk oleh fakta bahwa pertumbuhan PDB sedikit melambat karena pertumbuhan harga energi yang moderat. Eropa harus menyeimbangkan antara masalah ekonomi dan ancaman konflik geopolitik yang terus meningkat.

Kelanjutan konflik Israel-Hamas dapat meningkatkan tekanan pada harga konsumen dan memicu lonjakan inflasi.

Para ahli di Europe Economics berpendapat bahwa aksi-aksi militer di Timur Tengah dapat memaksa ECB untuk memperketat kebijakan moneter di masa depan. Dengan kata lain, suku bunga kunci mungkin akan meningkat. Namun, lonjakan harga energi merupakan risiko terbesar bagi perekonomian Eropa.

"Sejak konflik yang terjadi saat ini pecah, volatilitas pada pasar komoditas telah meningkat dengan harga minyak mentah Brent meningkat sebesar 9% dan gas alam Eropa meningkat sebesar 34%, angka-angka tersebut merupakan level tertinggi," ujar seorang analis di Europe Economics.

"Harga minyak dapat melonjak ke level tertinggi lebih dari $150 per barel jika perang antara Israel dan Hamas mengarah pada pengulangan konflik skala penuh di Timur Tengah yang pernah terjadi pada 50 tahun silam," demikian Bank Dunia memperingatkan. Dalam skenario terburuk, pasar energi global mungkin akan mengalami lonjakan harga minyak menjadi $157 per barel. Hal ini dapat terjadi jika pasokan minyak global turun sebesar 6-8 juta barel per hari, yang sebanding dengan boikot minyak Arab pada tahun 1973.