Bank Sentral AS (Federal Reserve) saat ini berada dalam situasi yang sulit. Para investor makin tidak sabar, menantikan langkah-langkah yang lebih tegas terkait dengan tumpukan utang pemerintah AS yang mencapai $33,5 triliun.
Kekhawatiran akan masa depan fiskal Amerika telah berkontribusi pada kenaikan imbal hasil obligasi AS sehingga mendorong Fed untuk mempertimbangkan penundaan kenaikan suku bunga. Bagaimanapun, hal ini dapat meredam aktivitas ekonomi dan memicu lonjakan pengangguran.
Menurut para analis, meningkatnya tekanan ekonomi mengancam perlambatan pertumbuhan ekonomi. Faktor yang paling mengganggu pelaku pasar adalah inflasi yang melesat, yang mengurangi ruang gerak Fed untuk bermanuver dan menurunkan probabilitas pergeseran kebijakan moneter.
Dengan latar belakang ini, imbal hasil Treasury 10 tahun telah melonjak menjadi 4,83%, rebound dari level terendah dalam satu tahun di 3,31%. Pada saat yang sama, pernyataan Ketua Fed, Jerome Powell, masih menjadi fokus investor yang menantikan komentarnya mengenai inflasi. Terlebih lagi, saat ini inflasi berada di atas target 2% bank sentral dan dapat memaksa para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kembali rencana kenaikan suku bunga.
Powell secara luas diperkirakan akan mendukung konsensus bahwa imbal hasil yang lebih tinggi akan memungkinkan regulator untuk menjaga kebijakan moneter tetap stabil. Namun, mengingat inflasi tetap berada di atas nilai target, ketua Fed mungkin akan mendukung kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.