Apa yang dapat menyelamatkan JPY dari penurunan yang lebih dalam?

Mata uang Jepang terus mengalami penurunan dengan cepat. Kemarin, pasangan mata uang USD/JPY naik sebesar 0,9%, mencapai level tertinggi tahunan baru sebesar 143,12. Akankah pasangan mata uang ini berhasil bertahan di level ini dan naik lebih tinggi lagi? Atau mungkinkah ada hal yang menghalangi rencana ambisiusnya?

Skenario positif

Kenaikan tajam dolar AS terhadap yen yang terjadi kemarin sangat dapat diprediksi. Bank of Japan (BOJ) terus mengirimkan sinyal dovish kepada trader, sedangkan Federal Reserve (Fed) dengan jelas mengindikasikan bahwa jeda suku bunga bulan Juni tidak berarti akhir dari siklus pengetatan.

Spekulasi di kalangan investor mengenai potensi perbedaan kebijakan moneter antara Jepang dan Amerika Serikat makin meningkat dalam satu pekan terakhir, memicu pasar dengan kekuatan baru. Hal ini menyebabkan pembelian intensif pasangan USD/JPY, yang telah naik lebih dari 2% sejak hari Senin.

Salah satu pendorong utama pasangan mata uang ini pada hari Rabu adalah rilisnya risalah pertemuan BOJ untuk bulan April. Seperti yang diungkapkan dalam risalah tersebut, para anggota BOJ menunjukkan kesepakatan tradisional mereka dengan memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar.

Pada bulan Juni, Bank of Japan sekali lagi mengonfirmasi sikap dovish-nya dengan mempertahankan suku bunga yang sangat rendah dan mempertahankan imbal hasil nol pada obligasi pemerintah.

Regulator juga tidak melakukan perubahan pada mekanisme Pengendalian Kurva Imbal Hasil (YCC), meskipun beberapa pelaku pasar berharap adanya langkah hawkish kecil tetapi signifikan yang dapat mendukung yen.

Namun, pekan ini, tekanan pada JPY makin meningkat karena retorika dovish dari para pejabat Jepang. Pada hari Rabu, ketua BOJ, Kazuo Ueda, mengonfirmasi upayanya untuk terus melanjutkan kebijakan akomodatif dalam waktu dekat, terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada hari yang sama, seorang anggota dewan Bank of Japan, Seiji Adachi, membuat pernyataan serupa. Beliau menekankan pentingnya mempertahankan langkah saat ini pada tahap ini karena pertumbuhan inflasi lebih lanjut masih kontroversial, dan beliau menolak kemungkinan penyesuaian kebijakan pengendalian kurva imbal hasil pada bulan Juli.

Pada hari Kamis, rekannya, Asahi Nugochi, makin memperburuk situasi. Pejabat tersebut menyatakan bahwa beliau memperkirakan perlambatan dalam pertumbuhan harga di Jepang ke level di bawah target BOJ sebesar 2% dalam waktu dekat karena harga komoditas mulai melambat. Inflasi yang rendah merupakan argumen penting untuk terus melanjutkan kebijakan yang sangat longgar.

Nada dovish dari para pejabat Jepang merupakan katalis kuat untuk pasangan USD/JPY. Pernyataan hawkish oleh Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberikan daya dorong yang lebih besar untuk pasangan bulls.

Pada hari Rabu dan Kamis, ketua bank sentral AS tampil di hadapan Kongres AS untuk menyampaikan laporan tentang kebijakan moneter dan mendiskusikan prospek masa depannya dengan para legislator.

Dalam pidatonya di Capitol Hill, Powell mendukung perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat, meskipun dengan laju yang harti-hati. Powell juga menambahkan bahwa ia tidak memperkirakan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, setidaknya hingga level inflasi di negara tersebut turun di bawah 2%.

Seperti yang dapat kita lihat, Federal Reserve terus mempertahankan sikap hawkish-nya. Oleh karena itu, prospek pengetatan lebih lanjut memberikan dorongan yang kuat untuk imbal hasil AS dengan tenor 10 tahun dan bagi pasangan USD/JPY.

Jika Federal Reserve dan Bank of Japan melanjutkan apa yang telah mereka umumkan kepada pasar dalam waktu dekat, dolar harus terus menguat terhadap yen. Kondisi aset yang sedang overbought saat ini mungkin mendorong para investor yang memilih posisi beli melakukan jeda dalam jangka pendek, yang kemungkinan dapat menyebabkan koreksi penurunan pada pasangan USD/JPY.

Namun, mengingat latar belakang yang sangat menguntungkan, dapat diasumsikan bahwa setiap pullback intraday akan masih dipandang sebagai peluang pembelian yang sangat baik oleh beberapa pelaku pasar. Dalam konteks ini, penurunan korektif kemungkinan akan sangat dibatasi dan tren keseluruhan akan tetap bullish selama beberapa pekan mendatang.

Untuk meningkatkan momentum penguatan dolar, mungkin diperlukan dorongan yang kuat. Ini mungkin dapat datang dari rilis data inflasi AS yang akan datang dan publikasi Non-Farm Payrolls bulan Juni.

Skenario negatif

Sebagian besar analis saat ini percaya bahwa dolar/yen akan terus bergerak naik. Namun, jangan lupakan risikonya, terutama karena baru-baru ini muncul penyebab keprihatinan yang signifikan.

Pada Jumat pagi, data pertumbuhan harga konsumen untuk bulan sebelumnya dirilis di Jepang. Hasilnya lebih tinggi dari yang diperkirakan, memberikan support sementara untuk yen. Setelah rilis data, aset USD/JPY turun di bawah 143 sebelum melintasi level ini sekali lagi.

Pada bulan Mei, indeks CPI utama, yang termasuk harga makanan segar dan energi, naik sebesar 3,2% YoY, sedangkan para ekonom telah memperkirakan kenaikan sebesar 3,1%. Sementara itu, indikator inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan segar dan bahan bakar dan merupakan barometer utama tren harga di Jepang, naik bulan lalu ke level tertinggi sejak Juni 1981, mencapai 4,3%.

"Fakta bahwa inflasi konsumen inti terus meningkat dan telah berada di atas target bank sentral sebesar 2% selama 14 bulan berturut-turut, mempertanyakan pertanyaan BOJ bahwa kenaikan harga saat ini bersifat sementara," catat analis Bloomberg.

Para ahli percaya bahwa data inflasi terbaru meningkatkan kemungkinan bahwa Bank of Japan akan merevisi prakiraan pertumbuhan harganya pada bulan Juli. Berdasarkan konsensus BOJ terbaru, yang dibuat pada bulan April, para pejabat Jepang memperkirakan perlambatan inflasi konsumen inti dalam tahun fiskal ini mencapai 1,8%.

"Statistik hari ini memberikan keyakinan bahwa Bank of Japan akan menaikkan penilaian inflasinya bulan depan, yang mungkin mendorongnya untuk mengambil langkah pertama dalam arah hawkish," menurut analis Ichiyoshi Securities, Nobuyasu Atago.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Bloomberg menunjukkan bahwa sepertiga dari para ekonom saat ini memiliki pandangan yang sama. Beberapa ahli yakin bahwa revisi tajam proyeksi inflasi akan menyebabkan koreksi pada mekanisme kontrol kurva imbal hasil pada pertemuan BOJ bulan Juli.

Jika Bank of Japang berhenti menyebut inflasi "sementara". kemungkinan akan timbul spekulasi pasar baru tentang kemungkinan normalisasi kebijakan moneternya dalam waktu dekat.

Hal ini kemungkinan akan menyebabkan kenaikan tajam dan tak terkendali pada imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun melampaui batas yang ditetapkan, serupa dengan apa yang terjadi pada bulan Desember pada tahun sebelumnya.

Kekacauan di pasar obligasi saat itu mendorong para pejabat Jepang untuk melakukan koreksi terhadap kebijakan YCC mereka. Skenario serupa kemungkinan besar akan terjadi sekarang.

Para ekonom di CIBC Capital Markets memperingatkan bahwa perubahan kebijakan kontrol kurva imbal hasil di Jepang dapat menyebabkan pullback tajam pada pasangan mata uang USD/JPY dari level tertingginya saat ini.

Berdasarkan prakiraan dari para ahli, kuotasi berisiko turun ke 130 pada kuartal ketiga dan 127 pada akhir tahun.