USD/JPY kembali dengan gemilang

Dolar AS kembali berada di puncak. Pada hari Jumat, USD secara spektakuler mengungguli kompetitor utamanya, tetapi menunjukkan performa terbaiknya terhadap JPY. Dapatkan USD/JPY mempertahankan tren kenaikan ini dalam jangka pendek, dan apa yang ditawarkan masa depan bagi pasangan ini?

Sinar harapan bagi greenback

Pada akhir pekan lalu, dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama sebesar 0,2%, penurunan mingguan terbesar untuk USD sejak Mei.

Namun, kerugian untuk dolar AS bisa jadi jauh lebih signifikan jika bukan karena reli pada hari Jumat. Pada 2 Juni, DXY naik sebesar lebih dari 0,4%. Ini merupakan performa harian terbaik sejak pertengahan Mei.

Apa yang menghidupkan dolar kembali? Para ahli percaya bahwa pendorong utama tren kenaikan USD adalah investor yang menilai ulang harapan mereka mengenai kebijakan moneter Federal Reserve.

Publikasi laporan payroll non-pertanian AS pada hari Jumat lalu memaksa para trader untuk mempertimbangkan kembali pekerjaan mereka mengenai trajektori kenaikan suku bunga di masa depan.

Laporan payroll non-pertanian menunjukkan jumlah pekerjaan baru yang meningkat tajam di AS, mengejutkan pasar. Sekitar 339.000 pekerjaan baru tercipta bulan lalu, yang jauh di atas estimasi awal sebesar 190.000 dan angka April yang direvisi sebesar 294.000.

Di sisi lain, tingkat pengangguran di AS juga meningkat secara tajam menjadi 3,7% dari 3,4%, sedangkan pendapatan rata-rata per jam, yang merupakan ukuran inflasi gaji, mencapai 4,3% dari tahun ke tahun, sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan sebesar 4,4%.

Terlepas dari data yang beragam, yang menunjukkan beberapa penurunan di pasar tenaga kerja Amerika, pertumbuhan pekerjaan yang kuat pada bulan Mei masih berhasil meyakinkan para trader bahwa suku bunga dapat dinaikkan lebih lanjut.

Dengan mempertimbangkan retorika dovish saat ini dari para anggota Fed, mayoritas pelaku pasar masih mengharapkan bank sentral akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan Juni.

Namun, banyak trader yang cenderung berpendapat bahwa bank sentral AS menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada bulan Juli. Para pelaku pasar memperkirakan kemungkinan skenario ini terjadi sebesar 70%.

Sentimen yang semakin hawkish mengenai pengetatan lebih lanjut di AS telah memberikan dorongan yang sangat baik bagi imbal hasil obligasi Treasury AS.

Pada hari Jumat, imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik sebesar 1% menjadi 3,67%, sedangkan rekan-rekan mereka 2-tahun naik hampir 2% menjadi 4,47%.

Peningkatan tajam dalam imbal hasil obligasi menyebabkan dolar melambung tinggi terhadap yen. Pada akhir pekan, USD/JPY mengalami kenaikan parabolik, meningkat lebih dari 0,8% dalam sehari dan mencapai 139,9.

Pada Senin pagi, dolar AS terus menguat terhadap mata uang Jepang. Saat penulisan, USD telah naik 0,1%, menembus level di atas level kunci 140.

Menurut analis Bart Wakabayashi, penurunan upah di Amerika menunjukkan bahwa Fed mungkin akan menunda siklus kenaikan suku bunga. Namun, ia menyatakan bahwa bank sentral AS tidak mungkin mengakhiri kenaikan suku bunga pada bulan Juni karena kondisi pasar tenaga kerja yang cukup kuat dan inflasi yang terus berlanjut. Wakabayashi menekankan bahwa harapan akan suku bunga yang lebih tinggi kemungkinan akan memberikan dukungan substansial bagi dolar AS, terutama terhadap yen.

Menurut ahli tersebut, dalam waktu dekat, dolar AS dapat naik ke 142,50 terhadap yen Jepang. Penembusan di atas level ini akan membuka jalan menuju level kunci di 145.

Situasi teknikal juga menunjukkan bahwa USD/JPY dapat naik lebih lanjut. Aset tersebut telah berhasil bertahan di atas level Fibonacci retracement 50% di 139,66. Indeks Kekuatan Relatif (RSI) berfluktuasi dalam kisaran bullish 60,00-80,00.

Apa sajakah risiko untuk USD/JPY?

Saat ini, dukungan untuk pasangan dolar-yen datang tidak hanya dari ekspektasi pasar yang hawkish mengenai pengetatan moneter lebih lanjut di AS, tetapi juga dari sikap dovish Bank of Japan (BOJ).

Menurut analis MUFG, Derek Halpenny, fakta bahwa kepala baru Bank of Japan (BOJ) tidak terburu-buru untuk mengubah sikap kebijakan moneter yang ada telah semakin memperkuat penurunan yen terhadap dolar AS.

Meskipun laju inflasi lebih cepat secara signifikan, bank sentral Jepang terus mempertahankan suku bunga yang sangat rendah (-0,1%) dan menjaga imbal hasil obligasi 10 tahun dengan kisaran +/-5- basis poin melalui kebijakan kendali kurva hasil (YCC)-nya.

Dalam pernyataan terbarunya, Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, menyatakan bahwa regulator Jepang harus mempertahankan kebijakan ultra dovish-nya, mengklaim bahwa inflasi adalah transitory.

Namun, banyak ahli yang percaya bahwa Bank of Japan mungkin mengejutkan pasar dalam waktu dekat dan menyesuaikan YCC, sama dengan apa yang dilakukan pada akhir tahun lalu.

Pada bulan Desember 2022, BOJ memperluas kisaran target imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun untuk meningkatkan fungsi pasar obligasi lokal. Para trader mengartikan langkah ini sebagai hawkish, yang meningkatkan yen Jepang.

Pada analis di Societe Generale percaya bahwa Bank of Japan mungkin akan melakukan perubahan pada mekanisme YCC secepat pekan depan pada pertemuan Juni mengenai kebijakan moneter.

"Jika BOJ menyesuaikan kisaran Yield Curve Control pada pertemuan kebijakan Juni seperti yang kami harapkan, USD/JPY dapat turun ke kisaran 130 lagi karena hasil JGB naik. Kami juga berpikir bahwa USD/JPY dapat turun ke 110 setelah tahun 2025," menurut para analis.

Para analis di MUFG juga memperkirakan potensi kenaikan jangka pendek untuk USD/JPY terbatas. Namun, menurut pendapat mereka, tekanan utama pada aset tersebut akan datang dari jeda kenaikan suku bunga Juni oleh Fed.

MUFG memprediksi bahwa Bank of Japan baru akan mulai menyesuaikan YCC pada kuartal keempat tahun 2023. Para analis bank ini memperkirakan bahwa USD akan turun terhadap JPY sekitar 3% menjadi 136 pada akhir tahun 2023.