Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan, jika batas hutang tidak dinaikkan, AS mungkin menyatakan gagal bayar pada 1 Juni. Bagaimana nasib dolar?
Menurut pernyataan Yellen, mulai 1 Juni, pemerintah tidak bisa melanjutkan pemenuhan semua kewajibannya apabila Kongres tidak menaikkan atau menangguhkan batas hutang di saat itu juga. Yellen menulis ini kepada Ketua DPR, Kevin McCarthy, serta pemimpin-pemimpin dari kedua partai. Dampak ekonomi dari masalah yang belum terselesaikan ini bisa membawa Amerika Serikat ke resesi.
AS selalu memenuhi kewajibannya, termasuk membayar bunga kepada individu dan negara-negara lain. Pada 19 Januari 2023, pemerintah secara resmi kehabisan uang. Saat itu, batas hutang adalah $31,4 triliun yang telah tercapai. Dalam kejadian serupa di masa lalu, situasi serupa menyebabkan penundaan dalam menaikkan batas hutang karena perpecahan antara pihak Demokrat dan Republik.
Namun, tanpa kompromi serius dari kedua belah pihak, perbedaan pendapat antara partai tidak bisa diselesaikan. Pada bulan April, Republik di DPR mengusulkan dan mengesahkan RUU 320 halaman "Limit, Save, Grow Act," yang menyiratkan peningkatan batas hutang sebesar $1,5 triliun hingga akhir Maret 2024. Menurut McCarthy, rencana tersebut mencakup penghematan $4,5 triliun melalui pemangkasan.
Sedangkan dari pihak Presiden Joe Biden, tidak ada batasan dalam menaikkan batas hutang yang mencakup syarat tambahan. Yellen mendesak Kongres untuk segera bertindak. Jika tidak, kelambanan akan melemahkan kepercayaan bisnis dan konsumen, berdampak negatif pada peringkat kredit AS, dan meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek.
Surat dari Menteri Keuangan AS muncul setelah DPR yang dipimpin oleh Republik, mengesahkan RUU untuk menaikkan batas hutang, mengikatkannya dengan pemangkasan pengeluaran sebesar $4,8 triliun. Akibatnya, negosiasi mencapai jalan buntu. RUU tersebut tidak memiliki peluang untuk disahkan oleh Senat yang dikuasai Demokrat.