Semuanya mengalir, semuanya berubah. Jika di zaman kuno, selama pergolakan besar, orang menyembunyikan uang dalam bentuk emas, kini mereka berlari menuju dolar AS. Semakin besar tekanan di pasar keuangan, semakin baik untuk dolar. Bahkan merebaknya wabah yang bersifat lokal membuat para investor bingung. Guncangan di pasar obligasi Inggris akibat rentannya posisi dana pensiun tersapu gelombang di pasar utang global lainnya. Ada kekhawatiran bahwa pada tahun 2023 sejarah akan terulang pada beberapa negara atau kelompok negara lain. Peluang 15% pertumbuhan PDB global di bawah 1% pada 2023 dalam prakiraan IMF juga tidak menginspirasi optimisme. Dalam skenario ini, banyak orang akan menderita, yang memperburuk suasana hati mereka dan berkontribusi pada kelanjutan rally indeks USD.
Untuk memahami kondisi saat ini, pertama kita harus mencari tahu perjalanan sampai saat ini. Saya menyoroti tiga perkembangan utama yang membuat situasi pasar saat ini sangat gelisah. Pertama, inflasi tertinggi dalam beberapa dekade. Kenaikan inflasi ternyata lebih stabil dan lebih lama daripada ekspektasi. Di atas kertas, dalam situasi seperti itu, emas seharusnya bagai ikan di dalam air, tetapi dalam praktiknya, logam mulia ini sensitif terhadap kebijakan moneter The Fed. Niat bank sentral untuk menaikkan suku bunga menjadi 4,5–4,75% pada tahun 2023 berdampak negatif pada posisi XAUUSD dan mengancam resesi global.
Kedua, konflik bersenjata di Ukraina memengaruhi pendekatan resesi. Konsekuensinya lebih menghancurkan ekonomi global daripada yang bisa diperkirakan. Krisis energi, menurut IMF, akan memperlambat PDB zona euro menjadi 0,5% pada 2023. Kawasan ini terancam mengalami resesi dalam waktu dekat, jika belum terjadi. Emas awalnya antusias dengan eskalasi tajam risiko geopolitik di Eropa Timur, tetapi kemudian menyerahkan inisiatif tersebut ke dolar AS. Dolar kini terbukti menjadi aset safe-haven utama.
Dinamika emas dan dolar AS
Akhirnya, merebaknya COVID-19 di China kini membuktikan bahwa masalah kesehatan global masih jauh dari selesai. Kembalinya pandemi atau penyakit baru yang mengancam umat manusia membuat investor tetap waspada. Hal ini masih mampu menimbulkan kekacauan, terutama di daerah yang tingkat vaksinasinya rendah.
Semua peristiwa ini mendukung permintaan dolar AS sebagai mata uang safe-haven dan membentuk tren menurun pada XAUUSD. Keberhasilan emas bersifat lokal akibat pelemahan sementara indeks USD atau penurunan imbal hasil obligasi treasury.
Dalam hal ini, perlambatan inflasi di Amerika Serikat tentu akan memengaruhi arah pergerakan logam mulia. Menurut para ahli Bloomberg, harga konsumen pada bulan September melambat dari 8,3% menjadi 8,1%, sedangkan inflasi inti, sebaliknya, meningkat dari 6,3% menjadi 6,5%.
Secara teknis, di chart harian emas, harga berjuang mencapai nilai wajar $1.665 per ounce. Penurunan harga di bawah level ini, diikuti penutupan di bawah level ini, atau rebound dari resistance di $1.685 dan $1.695 menjadi alasan untuk menjual logam mulia.