Kinerja dolar AS belakangan ini menunjukkan mata uang ini bisa membentuk retreacement taktis, yang membingungkan para pelaku pasar yang mengharapkan dolar terus menguat.
Para ahli strategi mata uang di JPMorgan Chase yakin koreksi ke atas EUR/USD yang sedang berlangsung, pada kenyataannya, akan mendukung dolar AS. Mereka memperkirakan kenaikan USD pada musim gugur, yang kemungkinan akan berlanjut hingga musim dingin. Kenaikan USD saat ini bergantung pada beberapa faktor, seperti data ekonomi makro AS yang positif, meningkatnya masalah ekonomi di UE dan turunnya ekspor Asia.
Dolar AS tampaknya bersiap membentuk lompatan besar jika data inflasi AS ternyata positif. Data CPI AS untuk Agustus akan dipublikasikan pada Selasa, 13 September. Inflasi diperkirakan turun menjadi 8,1% dari 8,5% pada Juli. Namun, angka tersebut masih akan sangat melebihi level target 2%. Para analis Wells Fargo memperkirakan CPI turun 0,2% di tengah penurunan harga bensin.
Data CPI Juli tiba-tiba turun, didorong oleh penurunan harga energi, serta penurunan harga jasa dan barang-barang penting. "Kami berharap laporan Selasa menunjukkan pada bulan Agustus konsumen semakin lega terkait inflasi," ujar para analis di Wells Fargo.
Sementara itu, dolar AS sedikit melemah, memberi euro kesempatan untuk naik. Namun, ini bisa jadi retreacement jangka pendek, ujar para pakar. EUR/USD berada di sekitar 1.0142 pada hari Selasa setelah naik pada hari Senin di tengah komentar hawkish oleh para petinggi ECB terkait suku bunga.
EUR/USD melanjutkan rally setelah membentuk celah bullish di awal minggu. Pasangan ini mencapai puncaknya di 1.0200, level tertinggi sejak pertengahan Agustus, tetapi setelah itu mundur. Data teknikal menunjukkan bahwa EUR/USD akan tetap dalam tren bullish dalam waktu dekat.
Dolar AS saat ini perlahan stabil karena pelaku pasar fokus pada data inflasi mendatang. USD mencoba menutup penurunannya, meskipun rally EUR didorong oleh komentar hawkish para petinggi ECB.
Data CPI AS untuk Agustus akan sangat penting menjelang pertemuan kebijakan FOMC, yang dijadwalkan berlangsung pada 20-21 September. Meski inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempercepat laju pengetatan moneter. 88% analis memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, yang menjadikan suku bunga berada kisaran 3,00% hingga 3,25%.
FOMC terus fokus pada tingkat inflasi dan lajunya. Data CPI mendatang akan menjadi faktor penentu bagi para petinggi Fed ketika membuat keputusan atas kebijakan moneter regulator. The Fed juga siap merilis prospek terbaru untuk ekonomi AS.
Namun, harga konsumen inti di AS tetap jauh di atas level target Fed 2%. Inflasi diperkirakan turun dalam waktu dekat berkat meredanya tekanan rantai pasokan dan penurunan harga komoditas selama beberapa bulan terakhir. Namun, laju kenaikan gaji yang pesat bisa menjaga inflasi agar tidak turun. Mendorong inflasi ke level target 2% dan mempertahankannya di sana untuk waktu yang lama akan menjadi tugas yang sangat sulit, ujar para pakar.