Mata uang AS dalam ketegangan sebelum perilisan laporan pasar tenaga kerja AS, terlepas dari keunggulan terhadap mata uang Eropa. Pada waktu yang sama, EUR tidak berupaya untuk naik dan mengejar.
Saat ini, tren penurunan menguasai pasar, menarik mata uang Amerika dan Eropa ke dalam sentimen pesimis. Menurut para ekonom di Commerzbank, penguatan jangka panjang pasar buruh AS memberikan dukungan besar bagi greenback. Para pakar menyamakan pasar buruh yang kuat dengan pertumbuhan dolar.
Menurut estimasi awal, tren positif dalam USD akan berlanjut selama Federal Reserve mengikuti kebijakan moneter yang ketat. Situasi ini menguntungkan mata uang AS, tapi mengganggu posisi mata uang Eropa. Pasangan EUR/USD diperdagangkan di 1,0012 pada Kamis pagi, 1 September, dengan mencoba untuk keluar dari kisaran ini. Pada waktu yang sama, para analis menyoroti probabilitas tinggi EUR/USD bergerak menuju paritas.
Greenback turun tipis pada Rabu malam, 31 Agustus, setelah perilisan statistik makro pada pasar buruh AS, tapi setelahnya memenangkan kembali kekalahan jangka pendek. Pekerjaan sektor swasta AS naik 132.000 bulan lalu, menurut firma analis Automatic Data Processing (ADP). Klaim tunjangan awal di AS melonjak ke 248.000 pada hari Jumat, menurut perkiraan awal. Data mengenai pengangguran di negara itu akan dirilis pada 2 September. Para pakar memperkirakan indikator ini akan tetap di level bulan Juli (3,5%) dan meningkatkan jumlah lapangan kerja dalam sektor non agrikultur negara itu.
Banyak ahli strategi mata uang mengandalkan data ketenagakerjaan AS yang kuat dan penurunan pengangguran. Mereka menganggap indikator-indikator ini sebagai yang paling penting untuk Fed dan kebijakan moneter masa depannya. Namun, sebagian ahli berpendapat bahwa indikator kunci untuk bank sentral adalah tingkat gaji. Mengingat bahwa Ketua Fed Jerome Powell dan anggota FOMC lainnya mengandalkan "pendinginan" pasar buruh nasional. Perwakilan Fed mencoba untuk menghindari situasi dimana pertumbuhan upah memicu babak baru inflasi. Dalam situasi seperti itu, kenaikan dalam sejumlah lowongan pekerjaan yang tercatat pada bulan Agustus adalah sinyal negatif untuk bank sentral.
Karena situasi ini, mata uang Eropa ingin menjaga keseimbangan dan keluar dari celah harga. Namun, upayanya dibalas dengan ledakan pemulihan yang jarang terjadi, dan setelahnya penurunan. Yang semakin memperburuk keadaan adalah ketidakpastian mengenai langkah ECB selanjutnya pada suku bunga. Menurut ekonom Nordea, pekan depan bank sentral itu akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Bank percaya bahwa bahkan perkiraan yang negatif untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan itu tidak akan berpengaruh pada hal ini.
Saat ini, tingkat inflasi di zona euro tetap tinggi. Menurut laporan terbaru, inflasi di negara-negara UE mencapai angka impresif 9,1% pada bulan Agustus. Sebelumnya, angkanya mencapai 8,9%. Situasi saat ini mengganggu posisi euro yang sulit untuk tetap terangkat.
Menurut analis, pelemahan euro terhadap dolar disebabkan oleh pengetatan aktif kebijakan moneter Fed. Pada waktu yang sama, paritas antara mata uang saat ini mungkin hilang ketika kesepakatan dicapai di UE terkait pengetatan kebijakan moneter atau ketika inflasi di Amerika Serikat kembali ke target 2%. Namun, kedua situasi tersebut tidak mungkin terjadi, menurut para ahli. Menurut mereka, rasio 1:1 antara dolar dan euro akan tetap bertahan hingga negara-negara UE memulai pengetatan kebijakan moneter mengikuti jejak Amerika Serikat. Namun, ada banyak kelemahan di sini, karena ECB perlu mencapai kesepakatan antara semua negara di blok euro.
Banyak ahli percaya bahwa pada akhir 2022 keseimbangan kekuatan dalam EUR/USD akan berubah, karenanya topik paritas akan berganti. Para ahli memungkinkan perubahan dalam tindakan ECB sehubungan dengan kebijakan moneter. Hal yang sama mungkin dilakukan Fed, yang mengkhawatirkan permasalahan pasar buruh dan inflasi yang melambung. Menurut para analis, pasangan ini akan condong pada rasio biasa 1,0500-1,1000. "Jika situasinya berbalik, ekonomi UE akan menerima bonus besar untuk pertumbuhan ekspor dan ekonomi karena AS dan China," para ahli menekankan.
Pelaku pasar menyoroti pertanyaan: akankah Fed mengambil pendekatan yang tegas pada kebijakan moneter? Akankah ECB mengikuti jejaknya? Banyak trader dan investor skeptis mengenai prospek dolar dan euro selanjutnya. Pada waktu yang sama, analis mengharapkan penurunan dalam suku bunga acuan pada paruh kedua 2023. Implementasi skenario tersebut akan melemahkan greenback dan membatasi potensi penguatannya.
Dalam situasi saat ini, sebagian pakar percaya bahwa pasar mengharapkan Fed melunak dalam proses pembentukan kebijakan moneter. Dalam masalah ini, banyak yang bergantung pada level pengangguran di negara itu. Penguatan pasar buruh yang berlebihan di AS mendorong bank sentral untuk mengetatkan kebijakan moneter secepat mungkin.
Para pejabat Fed meningkatkan laju pengetatan ini, dengan menekankan bahwa mereka siap untuk mengorbankan ekonomi untuk sementara demi mengekang inflasi. Namun, beberapa bulan lalu mereka mengatakan akan mencoba untuk menghindari resesi. Namun, terlepas dari pergolakan ekonomi, mata uang AS tetap kuat dan tetap kompetitif dalam pasar global.