Pertanyaan mengenai superioritas mata uang Amerika dan China tetap relevan. Ada kemungkinan pemimpin pasar keuangan global akan ditentukan dalam waktu dekat. Berbeda dengan pernyataan pemerintah mengenai peran dominan dolar, yuan bisa menjadi mata uang dominan.
Dalam permainan finansial dunia, banyak analis bertaruh pada mata uang China. Menurut analis asal China Wang Zaibang, perwakilan dari Pusat Penelitian Taihe, greenback dapat menjadi "black hole yang tidak dapat diprediksi" dimana kekayaan orang-orang terkaya dunia dapat masuk ke dalamnya di setiap saat. Menurut Wang Zaibang, Amerika Serikat melanggar prinsip dasar ekonomi kapitalis. Situasi ini mengancam tatanan politik dan ekonomi internasional.
Pengaruh negatif Amerika paling terasa dalam perdagangan minyak dunia. Saat ini mereka dilaksanakan dalam dolar, tapi transisi pembayaran dalam yuan pada transaksi minyak di China dan Arab Saudi akan sangat mengangkat status internasional yuan. Menurut analis tersebut, ini akan menjadi titik balik dalam perekonomian dan perpolitikan dunia. Saat ini, ekonomi China adalah yang terbesar di dunia dari segi paritas daya beli dan itu terus tumbuh. Namun, dalam pembayaran internasional, yuan kalah populer dari euro dan juga dolar.
Sejumlah faktor bermain terhadap dominasi greenback lebih lanjut, termasuk pencetakan uang fiat yang tidak terkendali, inflasi yang membara dan penggunaan USD sebagai tekanan pada negara lain. Banyak uang disimpan dalam rekening-rekening internasional dan dalam cadangan global bank sentral, karena sebagian besar pembayaran perdagangan dilakukan dalam dolar. Namun, pertunjukkan dolar akan berangsur menurun karena meningkatnya risiko politik yang muncul selama transaksi dengan mata uang AS.
Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat "tanpa banyak pertimbangan menggunakan hegempni USD untuk melepas likuiditas berskala besar," Wang Zaibang menekankan. Ini memicu persediaan berlebih dolar di seluruh dunia dan meningkatnya risiko keuangan di banyak negara. Washington menggunakan hegemoni dolar untuk menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah negara, dan dengan itu mengganggu ekonomi global. Analis dari Pusat Penelitian Taihe itu yakin bahwa internasionalisasi mata uang China dapat melemahkan pengaruh mata uang AS.
Namun, greenback tidak berencana untuk menyerah tanpa perlawanan. Faktor pendukung bagi USD adalah "keterkaitannya" dengan kesepakatan perdagangan internasional. Kebutuhan untuk membayar dalam dolar di seluruh dunia memberikan greenback keunggulan yang tidak terelakkan. Sebelumnya, euro mengklaim peran pimpinan di antara mata uang lainnya, dan sekarang yuan salah satunya. Ambisi finansial yuan difasilitasi oleh pertumbuhan stabil ekonomi China dan tumbuhnya pengaruh China pada proses ekonomi dan geopolitik dunia.
Dalam perencanaan jangka panjang, trading dalam bursa komoditas dan saham akan dilakukan dalam dolar. Namun, saat itu USD akan menghadapi isu mempertahankan status dominannya. Pada waktu yang sama, bukannya dua mata uang kunci - yaitu, dolar dan euro - tapi lima pemimpin akan muncul di pasar: yuan, rubel dan rupee, menurut prediksi pakar. Zaibang juga mengakui perkembangan peristiwa semacam itu, dengan fokus pada multipolaritas sistem moneter internasional. Oleh karena itu, internalisasi yuan adalah fenomena alami, analis Taihe itu menekankan.