Yen Jepang, yang berhak disebut sebagai mata uang safe haven dalam beberapa dekade terakhir, terus melemah terhadap dolar AS.
Pasangan USD/JPY diperdagangkan di local low di 102,60 tepat setahun lalu, menerima dukungan di tengah kebijakan stimulus masif yang diusulkan Presiden Biden untuk membantu ekonomi nasional dan masyarakat menghadapi gelombang COVID-19 beruntun. Mengatasi masalah ekonomi dan situasi seputar COVID-19 dengan uang menyebabkan peredaran yang yang masif dalam pasar finansial. Dalam kondisi ini, sulit untuk memperkirakan dinamika lain dari mata uang AS, kecuali ke arah penurunan.
Tapi di sekitar musim gugur, prospek pasar-pasar mata uang mulai berubah tajam dalam menghadapi pertumbuhan inflasi yang tajam di negara-negara yang aktif menggunakan apa yang disebut "uang helikopter". Tentu saja, Amerika Serikat berada di garda terdepan dengan kebijakan-kebijakan stimulasi dan bantuan tak biasa. Tekanan inflasi naik ke 6,8% pada akhir tahun, dan the Fed mulai membahas mengenai perlunya memulai menaikkan suku bunga, yang terdengar di bursa-bursa. Terkait hal ini, tidak ada kabar mengenai varian "Omicron" yang dapat memberikan tekanan pada pasangan USD/JPY, yang terus dengan perlahan tapi pasti mengalami kenaikan.
Apa alasan global untuk pertumbuhan USD/JPY dan akankah itu berlanjut pada 2022?
Tidak diragukan lagi bahwa alasan utama penguatan dolar AS terhadap yen Jepang adalah tumbuhnya ekspektasi untuk Fed menaikkan suku bunga tahun depan. Sebagai hasil dari rapat Bank Sentral pada bulan Desember, jelas sudah bahwa bank berencana akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali pada 2022, dan kemudian beberapa kali lagi pada 2023 dan 2024.
Pada waktu yang sama, dolar AS mulai menerima bantuan tambahan dari kenaikan imbal hasil Treasury. Di sini, imbal hasil untuk Treasury acuan 10 tahun dari musim panas ini ke Oktober naik tajam dari local low 1,127% ke level tertinggi 1,705%. Hanya retorika samar dari Ketua Fed Jerome Powell mengenai waktu pasti kenaikan suku bunga dan semakin memburuknya situasi dengan pandemi virus corona yang dapat menahan kelanjutan penjualan obligasi pemerintah.
Saat ini, faktor ketidakpastian sehubungan dengan waktu sebenarnya awal dari proses kenaikan suku bunga menahan pertumbuhan kuat dolar AS. Tampaknya the Fed tidak melaporkan ini secara khusus, karena bank ingin mengendalikan situasi dengan menandai waktu dalam mengantisipasi kemenangan terhadap COVID-19 bersamaan dengan pemulihan lebih lanjut ekonomi negara di tengah suku bunga yang rendah. Namun, yen tetap dalam situasi yang tidak menguntungkan bahkan dalam kondisi prospek yang samar ini, yang memungkinkan kita untuk menduga bahwa yen akan terus melemah di tahun baru dan bahwa ini akan menyebabkan pertumbuhan USD/JPY ke level-level maksimum dari musim panas 2015. Sementara itu, pasangan ini kemungkinan besar akan naik dengan mulus hingga akhir tahun ini.
Perkiraan hari ini:
Pasangan USD/JPY dapat terus naik ke level 115,50 setelah naik dan berkonsolidasi di atas level 115,00.
Pasangan USD/CAD berkonsolidasi di bawah level 1,2800. Kelanjutan pertumbuhan dalam harga minyak dapat memicu penurunan lebih lanjut USD/CAD ke level 1,2725.