Arab Saudi diuntungkan dari harga minyak yang mencapai puncaknya di tahun 2021 pada bulan Oktober lalu. Pada bulan tersebut, ekspor meningkat hingga total $28 miliar, ungkap Kantor Statistik Umum.
77,6% dari total ekspor adalah minyak mentah, naik dari 66,1% di tahun sebelumnya. Sementara itu, total nilai ekspor terpantau hampir dua kali lipat dari Oktober 2020-an.
Kantor tersebut juga mengatakan bahwa nilai ekspor minyak pada Oktober 2021 lebih tinggi 123% dari tahun lalu, sedangkan nilai ekspor minyak naik 25,5%.
Rupanya, salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia mengambil keuntungan penuh dari rebound permintaan minyak tahun ini, meningkatkan ekspor dan harga jual, meskipun masih ada kekhawatiran tentang pandemi.
Terkait pandemi Covid 19, meskipun varian Omicron mengancam penguncian dan pembatasan baru, Arab Saudi menaikkan harga jual resminya kepada pembeli Asia sebesar $0,60 per barel.
Langkah ini juga menunjukkan bahwa produsen yakin bahwa permintaan minyak akan tetap kuat meskipun dalam masa pandemi.
Keyakinan juga ditunjukkan ketika OPEC memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 b/p pada Januari, meskipun AS meminta untuk melepaskan hingga 50 juta barel minyak dalam upaya untuk menurunkan harga minyak eceran.
Menteri keuangan Arab Saudi mengatakan bahwa berkat harga minyak yang lebih tinggi, surplus anggaran pertama dalam satu dekade dapat diharapkan di tahun depan. Al-Jadaan juga mengatakan mereka akan terus mendiversifikasi dan mendisiplinkan pengeluaran pemerintah.
Tahun ini, departemen perbendaharaan mengharapkan pertumbuhan PDB menjadi 2,9%, dan pada 2022 akan tumbuh menjadi 7,4%.