Tim Hayes, seorang ahli strategi di Ned Davis Research, mengatakan emas akan berada dalam masalah dalam waktu dekat karena pasar bersiap untuk perubahan dalam kebijakan moneter AS. Federal Reserve dikatakan akan mempertimbangkan pemangkasan pada pembelian obligasi bulanan, dan ini akan terjadi di akhir tahun ini.
Namun sejauh ini suasana perekonomian yang mendorong emas mencatat harga tahun lalu tetap stabil, belum lagi dolar, meskipun menunjukkan beberapa dinamika jangka pendek, masih jauh dari rekor tinggi. Dan dibandingkan dengan emas yang hanya 13% lebih rendah dari rekor tahun lalu, dolar akan memiliki waktu sulit dalam menemukan support bullish signifikan ditengah suku bunga rendah.
Kembali di Mei 2020, Hayes memberikan sinyal jangka panjang untuk menjual dolar. Yang mengejutkan, ini tetap berlaku bahkan hingga hari ini meskipun terdapat momentum naik terbaru dalam mata uang.
Emas juga diperkirakan akan tetap dalam pasar bulls karena bahkan jika inflasi tidak naik setajam sebelumnya di tahun 1970, investor akan tetap gugup mengenai tekanan harga yang lebih tinggi. Dan karena suasana keseluruhan tidak akan segera berubah, Hayes mengatakan tidak akan memerlukan waktu lama bagi investor untuk kembali melihat nilai dari emas. Selain itu, koreksi dalam pasar saham dapat mendorong kenaikan lebih jauh dalam harga emas.
Hayes juga mencatat bahwa penjualan terbaru dalam emas membuka peluang baru kepada investor bullish, seiring penurunan dibawah $1.700 dua minggu sebelumnya memungkinkan pembeli mengambil posisi beli dan mendorong harga diatas $1.800.