Pertumbuhan penjualan di Asia dan model baru iPhone mungkin sebabkan kenaikan saham Apple hampir sebesar 100%

Apple sudah lama tidak lagi mengejutkan siapa pun. iPhone menjadi lebih mahal dari seri ke seri dan tidak ada yang terkejut dengan harga model andalan mereka sekitar 1.500 dolar, meski hampir tidak ada perbedaan dengan versi sebelumnya yang harganya jauh lebih murah. Setiap tahun, minimum RAM ditambahkan (tidak selalu), tampilan sedikit berubah (juga tidak selalu), prosesor diperbarui dan harga naik. Namun, iPhone terus terjual di seluruh dunia seperti kue hangat di pasar. Jadi, mengapa tidak terus menaikkan harga perangkat Apple dan tidak membahas pertumbuhan saham perusahaan? Misalnya, perusahaan investasi Wedbush yakin kapitalisasi Apple bisa tumbuh hingga $3 triliun. Analis perusahaan tersebut percaya bahwa penurunan harga saham belakangan ini adalah peluang besar untuk berinvestasi dengan harga yang sangat menarik. Menurut pakar Wedbush Daniel Ives, Apple terus menjadi salah satu alat investasi paling menarik. Pertumbuhan perusahaan tersebut dalam waktu dekat akan ditopang oleh jajaran iPhone baru, karena jumlah pengguna smartphone Apple lebih dari satu miliar. Selain itu, angka keuntungan dari penjualan smartphone meningkat setiap tahun. Wedbush yakin pada tahun 2021, Apple dapat mencetak rekor baru dan menjual 250 juta perangkat iPhone, sehingga mencapai rekor keuntungan. Para ahli juga percaya bahwa model iPhone 13 baru dapat menjadi kesuksesan teknologi dan memicu penggantian massal di antara pengguna model lama dengan yang baru. Semua ini memungkinkan kami untuk menyimpulkan bahwa kapitalisasi perusahaan akan terus tumbuh selama tahun ini, yang hanya pada Agustus 2020 telah lebih dari $2 triliun.

Sedangkan untuk gambaran teknisnya, saham Apple terus turun dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini disebabkan fakta bahwa investor kini takut akan kenaikan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, yang dapat mengurangi arus kas perusahaan teknologi. The Fed kemarin menenangkan pasar, dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengetatkan kebijakan moneter sebelum tahun 2024. Namun, dalam kasus ini, pertanyaan tentang pertumbuhan inflasi dan cara untuk menahannya tetap ada. Bagaimana pun, banyak ahli telah lama memprediksi "Black Monday" bagi pasar saham, percaya bahwa saham banyak perusahaan serta banyak indeks saham dinilai terlalu tinggi. Dari sudut pandang teknikal, harga saham Apple berada di bawah Ichimoku cloud, jadi masih terlalu dini untuk membicarakan perubahan tren ke arah tren naik. Meskipun garis Kijun-sen ditembus bull, yang memungkinkan mereka mengharapkan pertumbuhan hingga $131 per saham. Jika harga pada sesi perdagangan berikutnya ditetapkan kembali di bawah garis kritis, ini mungkin berarti awal putaran baru pergerakan ke bawah dan harga bisa turun menjadi $117 per saham.