Kata "bitcoin" semakin sering muncul di berbagai laporan berita. Bahkan, kriptokurensi yang setahun lalu berharga $4.000, sekarang dihargai hampir $60.000 per koin. Mengingat bahwa tidak ada kriptokurensi yang memiliki harga (nilai) tapi hanya sederet kode tanpa arti. Namun, jika semua orang di dunia ini bersedia membayar untuk sederet kode tanpa arti, maka tentu saja itu menjadi semakin mahal. Ini adalah realitas abad ke-21 bahwa sederet kode yang hanya memiliki nilai sementara digunakan dalam pembayaran internasional anonim. Ini menjadi gangguan bagi semua pemerintah dan bank sentral dan sangat mengotori lingkungan. Meskipun mayoritas pakar percaya bahwa bitcoin tidak memiliki fungsi sebagai uang, mata uang kripto tersebut juga tidak dapat digunakan sebagai alat penyimpanan atau instrumen pembayaran. Sebelumnya, opini yang sama diutarakan oleh analis Bank of America. Salah satu penulis laporan "Bitcoin's Dirty Little Secrets" mengatakan bahwa bitcoin tidak dapat digunakan sebagai alat menyimpan nilai. Bahkan uang di bawah bantal yang disimpan selama bertahun-tahun, menyimpan nilai yang jauh lebih baik dari bitcoin, yang anda pegang hanya selama 10 menit. Bitcoin tidak terikat dengan inflasi dan sangat volatil, menurut Francisco Blanch. "Argumen utama yang mendukung pembelian koin BTC bukanlah diversifikasi risiko investasi, pendapatan yang stabil atau proteksi dari inflasi, tapi kenaikan harga yang mudah dan dangkal karena permintaan untuk bitcoin melampaui persediannya," analis BofA meyakini. Blanch juga mencatat bahwa sekitar 95% bitcoin disimpan dalam 2,4% dompet (wallet), yang dapat menghambat pengenalan "emas digital" ke orang banyak. Sebaliknya, bitcoin akan menjadi alat investasi untuk orang kaya, karena pada harganya saat ini, tidak semua orang yang sanggup membeli bahkan hanya beberapa persennya. Perlu diingat bahwa saat ini sekitar 19 juta koin bitcoin telah ditambang dan sekitar 15 dari mereka beredar di seluruh dunia, ini sangatlah kecil untuk mengklaim bitcoin sebagai "mata uang digital dunia." Para analis juga fokus pada kenyataan bahwa ladang-ladang penambangan mengonsumsi banyak listrik dan jaringan itu sendiri menyediakan kecepatan transaksi yang sangat rendah, yang juga akan mencegah bitcoin menjadi uang fiat analog digital. Para analis juga mencatat bahwa produksi kriptokurensi per tahun menghasilkan 60 juta ton karbon dioksida ke atmosfir Bumi. Ingat bahwa bitcoin hanyalah sederet kode tanpa arti, tapi bumi membayar harga yang tinggi agar manusia dapat menambang kode ini. Pada akhirnya, bitcoin akan menghadapi masa-masa sulit, karena bank-bank sentral akan meluncurkan mata uang digital mereka, yang akan mempersulit persaingan untuk bitcoin.