EUR/USD: Resiko dari pemberlakuan lockdown selanjutnya di Eropa dapat membatasi potensi kenaikan euro. Sementara itu, IMF mendesak negara-negara untuk meningkatkan pembelanjaan.

Data terbaru mengenai produksi industri zona euro keluar dalam hasil positif dan juga negatif, karena disatu sisi, indikator terus tumbuh, tetapi disisi lain juga terjadi perlambatan. Selain itu, kenaikan angka inveksi dieropa tidaklah memberikan optimisme.

Laporan yang diterbitkan oleh Eurostat menyebutkan bahwa produksi industri dizona Euro meningkat sebesar 0.7% pada Agustus jika dibandingkan dengan bulan Juli, akan tetapi turun 7.2% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Perkiraan ekonomi untuk Jerman pun direvisi menjadi lebih buruk, dan ini dikarenakan Ifo Institue serta organisasi penelitian Jerman lainnya telah memperhatikan bahwa konsekuensi ekonomi dari virus Corona akan berlangsung lebih lama. Karena itu, mereka mengatakan bahwa PDB Jerman pada tahun 2021 akan menyusut 4.7%, bukan 5.8%. Lambatnya pemulihan investasi serta masalah ekspor merupakan dua faktor utama dibalik memburuknya perkiraan revisi yang mereka lakukan.

Faktor lain yang diperkirakan menghambat potensi pertumbuhan euro adalah akan kembali diberlakukannya lockdown dikawasan Eropa, dimana peraturan ini akan dilanjutkan karena tercatatnya angka infeksi Corona yang tinggi dibeberapa negara. Selain itu, situasi di Amerika Serikat juga menjadi pertimbangan karena jika para investor merasa bahwa jika AS dapat menangani masalah pandemi ini dengan lebih baik, maka potensi pemulihan mata uang Eropa pun akan semakin terhambat.

Terkait dengan hal tersebut, Kanselir Jerman, Angela Merkel, memberikan pernyataan mengenai niat negaranya untuk menghindari wabah jilid kedua dan menyerukan untuk terus mematuhi langkah-langkah keamanan kesehata. Menurut Merkel, Jerman belum siap untuk melakukan lokcdown lagi karena konsekuensi dari karantina kedua akan menjadi sebuah bencana besar.

Sementara itu, International Monetary Fund kemarin ini mengeluarkan pernyataan yang mendesak negara-negara untuk meningkatkan pengeluaran pemerintahnya untuk dapat membantu mendukung pemulihan ekonomi dunia secara penuh. Namun hal tersebut juga akan membawa utang publik global ke level rekor yang jauh lebih tinggi dari perkiraan saat ini, yaitu 100% dari PDB pada akhir tahun 2020.

Disisi lain, Amerika Serikat sudah memiliki rencana untuk menyelesaikan masalah ini, karena baru-baru ini pemerintah AS mengajukan paket stimulus baru sebesar $ 2 triliun. Akan tetapi belum ada pembicaraan akhir dikarenakan negosiasi permasalahan besarnya nominal masih terus berlangsung. Menteri Keuangan, Staven Mnuchin telah berbicara kepada ketua DPR, Nancy Pelosi mengenai hal tersebut, namun tidak berhasil karena kedua belah pihak gagal menyepakati sejumlah masalah utama, termasuk jumlah yang akan dialokasikan.

Berkenaan dengan statistik ekonomi, data terbaru mengenai PPI AS telah diterbitkan kemarin yang dalam laporannya mengungkapkan angka yang jauh lebih baik dari perkiraan awal. Data mengatakan bahwa permintaan akhir di AS naik 0.4% pada bulan September bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan persis sama dengan indeks inti yang tidak memperhitungkan kategori barang yang mudah berubah. Bila dibandingkan dengan periode yang sama ditahun lalu, PPI keseluruhan naik 0.4%, sedangkan indeks inti naik 1.2%.

Adapun gambawan teknis dari pasangan EUR/USD, pertumbuhan akan berlanjut jika euro berhasil berkonsolidasi diatas level pertahanan 1.1760. Hanya saja setelah itu, kutipan akan encapai level tertinggu mingguan lokal di 1.1830, tetapi sebelum itu, penting untuk mengatasi level 1.1790 terlebih dahulu. Pasangan ini bisa turun meskipun jika euro bergerak dibawah 1.1720, maka dengan demikian akan membawa harga keposisi terendah 1.1680 dan 1.1640