Gambaran umum pasangan GBP/USD. 8 September. London akan abaikan bagian perjanjian dengan UE yang sebelumnya ditandatangani.

timeframe 4 jam

Rincian teknikal:

Channel regresi linear atas: arah - ke atas.

Channel regresi linear bawah: arah - ke atas.

Moving average (20; diperhalus) - ke bawah.

CCI: -142.9920

Pound Inggris mempercepat penurunannya terhadap dolar AS pada hari Senin, 7 September. Ini terjadi setelah posisi baru London dan Boris Johnson secara pribadi atas Brexit diketahui. Para trader akhirnya memperhatikan kesia-siaan negosiasi dan kurangnya keinginan di London untuk bernegosiasi. Dengan demikian, pound mulai turun, yang mungkin berakhir dengan tren penurunan baru untuk pasangan pound/dolar. Sejauh ini, kedua channel regresi linier terus mengarah ke atas, dengan demikian kami belum dapat menarik kesimpulan yang jelas atas berakhirnya trend naik. Namun, penetapan harga pasangan ini di bawah garis moving average telah cukup untuk mengidentifikasi perubahan dalam tren menurun.

Sejak 2016, kami telah berulang kali menyebut semua hal yang terjadi di Inggris dengan "badut" dan "permainan kata-kata". Proses besar seperti meninggalkan Uni Eropa setelah bertahan selama 47 tahun tidaklah mudah dan sederhana. Namun, hal itu sebaiknya tidak disertai dengan perubahan kekuasaan tahunan, ketidaksepakatan penuh antara Parlemen dengan partai yang berkuasa dan Perdana Menteri, dan keinginan kepala negara yang tidak semestinya untuk memutuskan semua hubungan dengan Uni Eropa dengan segala cara dan mulai membangun kebijakan luar negerinya dari "batu tulis yang bersih". Selama sekitar 3 tahun, kami menulis bahwa masalah utama dari seluruh proses Brexit adalah keambiguan sejak awal. Hasil referendum 2016 menunjukkan bahwa mayoritas warga Inggris ingin meninggalkan UE. Namun, opsi ini tidak didukung oleh mayoritas Skotlandia, mayoritas Welsh, dan mayoritas Irlandia Utara. 52% bukanlah mayoritas dari masalah yang penting dan besar. 75% adalah mayoritas, dan 52% adalah setengahnya. Dengan demikian, sepatuh populasi Inggris tidak ingin meninggalkan Uni Eropa sejak awal. Dengan demikian, hampir separuh penduduk Inggris tidak puas dengan hasil referendum dan segala sesuatu yang terjadi dalam empat tahun terakhir. Namun, Johnson yang karismatik berkuasa, yang tidak melakukan apa pun untuk negara tersebut selama setahun penuh pemerintahannya. Sulit untuk mengatakan bagaimana perasaan Inggris sendiri terhadapJohnson, namun, kami tidak mengerti mengapa kami dapat memanggilnya "Perdana Menteri yang kuat". Ia "membayangi" epidemi "virus corona", ekonomi Inggris telah kehilangan persentase paling banyak dari semua negara UE, tidak ada perjanjian perdagangan bebas dengan UE dan Amerika Serikat. Negosiasi telah gagal, dan keinginan London untuk menggertak dalam negosiasi dengan Brussels akan terlihat oleh siswa kelas satu. Hal terpenting yang banyak dilupakan adalah bahwa Johnson ingin meninggalkan Uni Eropa sejak awal tanpa kesepakatan apa pun, di bawah skenario Brexit yang "keras". Opsi inilah yang ia terapkan dengan kedok "negosiasi dengan UE, di mana kesepakatan tidak dicapai dengan mudah". Selain itu, Johnson tidak tertarik dengan fakta bahwa kedua belah pihak harus menyerah dalam negosiasi. Fakta bahwa Brexit yang "keras" akan dibayar bukan olehnya, melainkan oleh warga Inggris biasa, juga tidak terlalu menarik bagi Perdana Menteri tersebut. Kini media juga mendapat informasi bahwa London mungkin menolak untuk memenuhi sebagian dari perjanjian yang disepakati dengan UE pada musim gugur 2019. Di saat yang sama, media melaporkan bahwa pemerintah Inggris akan membatalkan "kesepakatan utama" terkait Irlandia Utara. Belum diketahui seberapa benar informasi ini, sehingga keterangan resmi dari Boris Johnson atau pihak pemerintah Inggris perlu ditunggu. Namun, "tidak ada asap tanpa api". Mungkin informasi ini sengaja dirilis untuk mengintimidasi Brussels. Meskipun apa gunanya Inggris memukul reputasinya? Bagaimanapun, Inggris kemudian harus membuat perjanjian dagang yang baru. Siapa yang akan memperlakukan Inggris "seperti orang terhormat" setelah penghentian sepihak atas perjanjian dengan UE?

Selain pesan yang tidak jelas mengenai kemungkinan pembatalan beberapa bagian perjanjian dengan UE, Boris Johnson terus mengikuti jejak "kakak laki-lakinya" Donald Trump dan secara terbuka menarik perhatian atas pernyataannya. Untungnya Johnson tidak berbicara sesering Trump, jika tidak, kita akan memiliki dua pembuat berita utama. Perdana Menteri Inggris tersebut mengatakan bahwa kedua pihak (Brussel dan London) harus menyepakati perjanjian yang mendefinisikan hubungan pasca-Brexit paling lambat pada 15 Oktober. Sebelumnya, Johnson telah memberikan dua atau tiga tenggat waktu, dan, jika Anda ingat, akan melakukan kunjungan secara pribadi. Brussel akan mengadakan perbincangan dengan para pejabat tinggi Uni Eropa. Tentu saja, Johnson tidak pergi ke Brussel, dan ia telah melupakan tenggat waktu sebelumnya. Apalagi, negosiasi telah berlangsung lama di satu tempat, dan menurut Michel Barnier, bahkan bergerak ke arah yang berlawanan. Selain itu, sangat simbolis bahwa pada hari ketika tenggat waktu baru dari Johnson diketahui, media juga mendapat informasi mengenai kemungkinan penolakan London untuk memenuhi beberapa perjanjian yang sebelumnya dirundingkan dengan UE. Semuanya terdengar seperti permainan kata-kata, dan hampir tidak ada orang yang secara serius percaya bahwa London ingin bernegosiasi dan akan mencoba mencapai kesepakatan dalam sisa enam minggu. "Kami akan memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian dagang dengan semua negara di dunia dan sebagai hasilnya, kami akan makmur," ujar Boris Johnson. Namun, Johnson tidak mengatakan kapan "periode kemakmuran" ini akan dimulai. Mungkin saat semua kesepakatan ini akan selesai. Namun, janji "masa kemakmuran" sangat mirip dengan rumusan "Zaman Keemasan" Trump jika ia terpilih kembali. "Jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan saat itu, saya tidak berpikir akan ada perjanjian perdagangan bebas di antara kita, dan kita harus menerima ini dan terus berjalan," Perdana Menteri Inggris tersebut mengomentari "kemajuan" negosiasi saat ini.

Pada saat yang sama, negosiator Eropa, Michel Barnier meminta mitranya dari Inggris, David Frost, untuk menjelaskan informasi bahwa London mungkin menolak mematuhi perjanjian yang dicapai sebelumnya. Ia mengatakan bahwa "segala sesuatu yang ditandatangani harus dihormati" dan mendesak penerapan penuh semua perjanjian di perbatasan antara Irlandia Utara dan Irlandia, dari pemeriksaan bea cukai yang menurut rumor, berencana untuk Lonton tinggalkan. Secara umum, dalam beberapa hari mendatang, kami dapat mengandalkan berita dari Inggris, dan pound kini dapat merespon masing-masing berita dengan penurunan baru.

Volatilitas rata-rata pasangan GBP/USD saat ini sebesar 127 poin per hari. Untuk pasangan pound/dolar, nilai ini "tinggi". Oleh karena itu, pada hari Selasa, 8 September, kami memperkirakan pergerakan di dalam channel, yang dibatasi oleh level 1.3039 dan 1.3293. Pembalikan indikator Heiken Ashi ke atas akan menunjukkan putaran koreksi naik dalam tren menurun baru.

Level support terdekat:

S1 – 1.3123

S2 – 1.3062

S3 – 1.3000

Level resistance terdekat:

R1 – 1.3184

R2 – 1.3245

R3 – 1.3293

Rekomendasi trading:

Pasangan GBP/USD melanjutkan pergerakan turunnya dalam timeframe 4 jam. Karenanya, hari ini disarankan untuk tetap dalam posisi short dengan target di level 1.3123 dan 1.3062 hingga indikator Heiken Ashi berbalik ke atas, yang akan menunjukkan putaran koreksi. Disarankan untuk mentradingkan pasangan ini ke atas dengan target pertama di 1.3306 dan 1.3367 jika harga kembali ke area di atas garis moving average.