Dolar tidak dapat bertahan setelah laporan tenaga kerja yang lemah. Pada Senin, pertumbuhannya cukup terkendali, terlepas dari pasar yang relatif positif terhadap kesimpulan kesepakatan dengan Meksiko. Hal ini dikarenakan ekspektasi tinggi perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat. Jelang rapat the Fed, para trader paling tertarik bukan dengan tanggal penurunan suku bunga, yaitu, kapan tepatnya regulator tersebut akan memutuskan untuk memperlunak kebijakan. Perlu dicatat bahwa ekspektasi penurunan suku bunga pada rapat bulan Juli saat ini meningkat menjadi 80%, pada Juni - menjadi 23%.
Tidak ada yang meragukan bahwa pertumbuhan perekonomian AS tengah melambat. Hal ini, termasuk, laporan ritel, pesanan pabrik, dan pembelian real estate yang terkonfirmasi. Selain itu, menurut data penelitian terbaru, IMF melaporkan tindakan fiskal yang dilakukan pada 2017–2018 - potongan pajak, peningkatan militer dan biaya lainnya - akan hilang pada beberapa tahun mendatang. Menurut hasil tahun berjalan, PDB riil Amerika Serikat akan meningkat 2,6%, dan kemudian tingkat pertumbuhan akan turun di bawah 2%, perwakilan IMF memprediksi.
Akan sangat sulit bagi the Fed untuk mengambil langkah seperti penurunan suku bunga, karena ini akan sampai batas tertentu memengaruhi otoritas regulator dan meragukan independensinya. Donald Trump sejak tahun lalu menuduh Jerome Powell dan timnya atas suku bunga yang terlampau tinggi, menyerukan ekspansi moneter. Oleh karena itu, segera setelah bank sentral AS memulai pelunakan kebijakan moneter, rumor akan menyebar ke seluruh pasar bahwa ini dilakukan untuk menyenangkan Gedung Putih.
Pada Senin, Trump kembali menyerang the Fed, menyatakan bahwa Powell tidak mendengarnya, bahwa bank sentral membuat kesalahan besar - dengan menaikkan suku bunga terlalu cepat.
Jelas, masa depan ekonomi AS yang cerah kini diragukan, hal ini juga diindikasikan oleh pasar obligasi. Setelah rilis data tenaga kerja dalam negeri yang mengecewakan pada bulan Mei, yield obligasi 10 tahun memperbarui titik terendah 2019 dan terletak di titik dasar musim gugur 2017. Kurva yield berada di zona merah. Sebelumnya, ini adalah sinyal jelas dari resesi.
Namun, terdapat satu "sanggahan". Sekitar 20% dari $55 triliun pasar utang seluruh dunia memiliki karakteristik suku bunga negatif. Penurunan di Amerika meningkatkan kekhawatiran nasib ekonomi dunia. Jika dalam waktu dekat statistik ekonomi makro Amerika Serikat tidak kian memburuk, dan S&P 500 tidak disesuaikan, maka mengapa suku bunga diturunkan? Indikasi pasar utang dan derivatif akan mulai nampak agresif, dan ini adalah faktor "bullish" bagi the greenback.
Kini, dolar sehubungan dengan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed pada bulan Juni nampak lebih lemah dari euro. Namun, mata uang tunggal ini memiliki masalah sendiri. Revaluasi akan menyulitkan tugas ECB yang sudah berat untuk mencapai target inflasi 2%. Pertumbuhan ekonomi yang lambat akan terus memberikan tekanan terhadap ekspor Jerman, dan kelanjutan tensi antara UE dan Italia akan meningkatkan risiko politik. Selain itu, masalah Brexit belum hilang dari agenda.
Pada bulan Mei, banyak bank di negara-negara berkembang memangkas suku bunga, dan pekan lalu regulator Australia dan India bergabung. Bank Sentral Eropa siap untuk mengubah langkah kebijakannya. Namun, komentar dovish Jerome Powell akan berdampak lebih besar terhadap euro dibanding retorika yang sama dari Mario Draghi. Hal ini disebabkan fakta bahwa para pelaku pasar mempertimbangkan dampak suku bunga the Fed lebih signifikan. Selain itu, Amerika memiliki lebih banyak ruang untuk bermanuver. Suku bunga ECB kini telah nol, dan rentang suku bunga di AS berada di 2,25-2,50.